Intisari-Online.com - Aksi penembakan oleh oknum polisi yang terjadi di Lubuklinggau Sumatera Selatan, Selasa (18/4) terhadap sebuah mobil sedan berisi satu keluarga yang berusaha menghindari razia lalu lintas, ternyata menggunakan senapan serbu SS1-V2.
Senapan serbu produksi PT Pindad ini merupakan pengembangan dari senapan serbu SS-1 buatan Belgia dan dikenal sebagai senapan yang mudah digunakan.
Hampir semua satuan pasukan TNI menggunakan SS1-V2 karena senapan serbu yang sudah dimodifikasi oleh Pindad ini selain terkenal mudah dioperasikan juga memiliki akurasi tembakan yang tinggi.
PT Pindad bahkan menggambarkan begitu mudahnya mengoperasikan SSI-V2 sehingga seorang anak SD pun dapat menggunakannya dan menembak dengan tepat.
Di kalangan Polri senapan serbu SSI-V2 sebenarnya merupakan senjata standar pasukan Brimob.
Tapi dalam kepentingan tertentu, anggota polisi lalu lintas (polantas) bisa meminjam senapan itu ke gudang Brimob.
Kepentingan tertentu itu adalah jika operasi polantas seperti razia lalu lintas di jalur yang memang rawan penyerangan, kadang polisi dibekali senjata laras panjang untuk memberi efek shock therapy.
Dalam kondisi magazin terisi penuh, SSI-V2 mampu menembakan 30 peluru standar NATO kaliber 5,56 mm. Jarak tembak efektifnya adalah 300 meter.
Ketika ditembakan, SSI-V2 bisa diatur untuk tembakan tunggal, tiga-tiga, dan otomatis penuh.
Mobil sedan penuh penumpang satu keluarga di Lubuk linggau diberitakan diberondong sehingga banyak lubang peluru di mobil dan mengakibatkan satu orang tewas dan lainnya luka-luka.
Polisi memang dilatih menembak menggunakan SSI-V2 sebagai keterampilan dasar penguasaan senjata api.
Dalam keterampilan lanjutan polisi juga dilatih menembakan SSI-V2 menggunakan sepeda motor berboncengan.
Si penembak SSI-V2 berdiri dalam posisi diboncengkan dan bagi yang sudah terlatih tidak kesulitan melakukan tembakan terarah.
Namun karena SSI-V2 adalah juga senapan serbu standar TNI, jika yang jadi sasaran mobil sedan penuh penumpang, akibatnya adalah malapetaka.