Aksi penculikan itu sebenarnya bukan membawa Bung Karno di bawah todongan senjata tapi upaya membawa Bung Karno dan istrinya, Fatmawati serta anaknya Guntur yang masih bayi secara diam-diam agar tidak diketahui militer Jepang.
Untuk tidak menimbulkan kecurigaan, para penculik termasuk Bung Karno mengenakan seragam militer PETA.
Bung Karno sendiri telah disediakan seragam PETA dan dengan dongkol berusaha memakainya karena ukurannya terlalu kekecilan.
Merasa konyol karena mengenakan seragam PETA yang terlalu kekecilan, Bung Karno langsung menilai bahwa tindakan Sukarni dan rekan-rekannya yang diklaim merupakan tindakan revolusioner itu, jelas-jelas tanpa perencanaan yang baik.
Baca juga: Bukan karena Dibentak, para Pengawal Justru akan Gemetar Jika Bung Karno Sudah Pegang Sapu
Bung Karno bersama rombongan yang keluar rumah untuk menuju ke dua mobil yang sudah menunggunya, sempat melihat Bung Hatta di satu mobil lainnya dengan wajah jemu sekaligus kesal.
Bung Karno dan Bung Hatta kemudian dibawa ke Rengasdengklok, Kerawang, karena di daerah itu sudah tidak ada pengawasan dari Jepang.
Dalam perjalanan setelah melewati daerah Bogor, rombongan sempat berhenti karena Fatmawati harus menyusui Guntur yang masih berusia sekitar 9 bulan.
Rombongan penculik yang kemudian mengganti kendaraan dengan truk tua yang biasa digunakan untuk mengangkut prajurit PETA akhirnya tiba di Rengasdengklok sekitar pukul 09.00 pagi.
Namun tindakan penculikan Bung Karno dan Bung Hatta yang dilakukan para pemuda akhirnya tidak menghasilkan apa-apa.
Pasalnya, pemberontakan dan aksi revolusi seperti dikatakan oleh Sukarni tidak pernah terjadi.
Tanggal 16 Agustus pagi 1945, Jakarta bahkan geger karena Bung Karno yang seharusnya memimpin rapat PPKI ternyata menghilang.
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR