Intisari-Online.com– Seorang profesor diundang untuk bericara di sebuah basis militer. Di sana ia bertemu seorang prajurit yang tak akan pernah dilupakannya. Prajurit itu bernama Harry.
Harry dikirim untuk menjemput professor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan kopor. Ketika berjalan keluar, Harry sering menghilang. Banyak hal yang di lakukannya.
(Baca juga:Bersyukur atas Anugerah dan Bakat yang Kita Miliki)
Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh. Kemudian mengangkut anak kecil agar dapat melihat pemandangan. Ia juga menolong orang yang tersesat dan menunjukan arah jalan yang benar.
Setiap kali, ia kembali ke sisi profesor dengan senyumnya menghiasi wajahnya.
“Darimana Anda belajar hal-hal seperti itu?” tanya sang profesor.
“Oh”, kata Harry. “Selama perang, saya kira.”
Lalu Harry menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga saat tugasnya membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.
“Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah”, katanya.
“Saya tak pernah tahu apakah langkah selanjutnya merupakan pijakan terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini.”
(Baca juga:Hentikan Pertengkaran dengan Pasangan Lewat Langkah-langkah Ini Sebelum Semuanya Semakin Kacau)
Kelimpahan hidup tidak dapat ditentukan dengan berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkualitas. Mari kita menikmati setiap langkah hidup kita dan mensyukurinya.