Intisari-Online.com -Teror menimpa penyidik Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Pagi (11/4) tadi, sepupu calon gubernur DKI Anies Baswedan itu disiram air keras oleh orang tak dikenal di masji di dekat rumahnya.
Dalam banyak kasus, air keras kerap digunakan untuk meneror seseorang. Kenapa air keras yang dipilih? Apa bahaya air kerasbagi kulit manusia?
(Baca juga:Penyidik KPK Novel Baswedan Disiram Air Keras, Kini Sedang Dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga)
Sebelum lebih jauh, baiknya kita mencari tahu, apa itu air keras. Air keras, dikutip dari Ensiklopedi Nasional Indonesia, merupakan larutan asam kuat yang cukup pekat. Saat mengenai kulit, ia bisa menghadirkan sakit dan nyeri yang amat sangat laiknya luka bakar.
Sekadar informasi, air keras bukan terdiri atas satu zat tunggal. Ia meliputi asam sulfat yang biasa digunakan untuk aki, asam klorida yang digunakan untuk membersihkan permukaan logam sebelum disoldir, asam nitrat untuk menguji logam mulia, dan asam fosfat untuk membuat garam fosfat.
Selain itu, air keras juga kerap digunakan sebagai pereaksi kimia untuk produksi plastik PVC secara massal, membuat produk kebersihan rumah tangga, produksi gelatin, bahan pembuat zat aditif makanan, dan untuk memproses bahan kulit.
Dalam beberapa kasus, air keras sering digunakan untuk menyiram muka seseorang. Selain akan menyebabkan kerusakan pada kulit wajah itu, para korban penyiraman air keras juga harus mengalami dampak buruk dari segi sosial dan ekonomi.
(Baca juga:Novel Baswedan Disiram Air Keras: Bagaimana Jika Air Keras Mengenai Kulit Manusia?)
Air keras yang tak segera dibilas dengan air bersih biasanya akan menjalar serta memperparah kondisi korban sehingga bisa menyebabkan luka permanen. Gangguan fungsional organ yang lain juga bisa terjadi, misalnya merembet ke pendengaran, penglihatan maupun kemampuan berbicara dan membatasi gerak tubuh korban.
Yang juga perlu diperhatikan, korban penyiraman air keras akan mengalami penurunan mental atau psikologis. Kondisi yang menyedihkan seringkali membuat korban drop kejiwaannya. Lingkungan sosial yang kurang mendukung juga membuat korban semakin terpuruk.