Intisari-Online.com – Kisah dongeng yang selama ini kita ketahui terancam akan segera dilarang di Australia – terutama pada sekolah-sekolah. Program Australia’s Respectful Relationship beranggapan bahwa cerita dongeng menciptakan standar tidak realistis. Terutama mengenai ‘ketergantungan pada pria dan menurunkan kepercayaan diri anak perempuan’.
(Baca juga:Wajib Bangga, “Pasoa & Sang Pemberani” Film Animasi Dongeng Nusantara Buatan Siswa SMK Kudus)
Wajah cantik Cinderella dan rambut indah Rapunzel yang bisa menyelesaikan masalah dalam cerita yang beredar dianggap tidak masuk akal. Program ini ingin agar kisah dongeng tersebut dianalisa kembali dalam kelas.
Lalu, dibandingkan dengan cerita moderen yang berkembang agar anak-anak lebih memahami kesetaraan gender. Mereka juga diminta mengeluarkan jiwa detektifnya dan membandingkan peran laki-laki dan perempuan pada dongeng favorit mereka.
Program ini diperkenalkan setelah mengetahui fakta bahwa anak-anak bisa menunjukkan perilaku seksis mulai usia empat tahun. Oleh sebab itu, cerita di mana perempuan selalu diselamatkan laki-laki dianggap sebagai ide yang salah mengenai peran gender.
“Jika laki-laki maupun perempuan tidak memenuhi peran yang seharusnya, mereka digambarkan sebagai musuh. Seperti penyihir dan pangeran yang jahat,” kata perwakilan program Australia’s Respectful Relationship.
(Baca juga:Aksi Gadis Kecil Ini Meniru Gadis Penjual Korek Api dalam Buku Dongeng Punya Tujuan Sangat Mulia)
Tidak hanya itu, program ini bahkan akan menyelenggarakan diskusi terkait pernyataan yang melekat pada satu gender. Seperti: “selamat pagi tuan putri”, atau “laki-laki tidak menangis”.
Namun, tidak semua orang merasa senang dengan ide ini. “Sebagai pendidik, saya tidak melihat adanya keseimbangan pada program ini. Malah hanya mendorong argument budaya kiri,” kata Kevin Donnelly, peneliti senior di Australian Catholic University. Jadi, bagaimana menurut Anda?