Intisari-online.com -NKRI yang sudah berdiri sejak 17 Agustus tahun 1945 dalam perjalanan sejarahnya sebenarnya sudah kenyang dengan aksi makar. Yakni upaya menumbangkan pemerintah secara paksa dan tidak sesuai koridor hukum.
Upaya melakukan pemberontakan yang merupakan kombinasi gerakan politik dan kelompok bersenjata itu sempat mewarnai perjalanan sejarah NKRI yang berideologi Pancasila dan menjunjung tinggi asas kebhinekaan mengingat warga NKRI sangat beragam baik dari suku, agama, bahasa, maupun faktor lainnya.
Sejumlah aksi pemberontakan melalui gerakan politik dan kelompok bersenjata seperti DITII, PRRI/Permesta, serta G-30-S-PKI semuanya ditumpas habis melalui operasi-operasi militer (TNI/Polri) dalam skala besar.
Pendekatan persuasif, kecuali untuk kasus G-30-S-PKI, telah dilakukan untuk menangani aksi makar itu. Tapi karena pihak pemberontak tetap melancarkan serangan militer, pemerintah pun bertindak tegas. Pemerintah menumpas habis aksi pembrontakan yang mengancam keutuhan NKRI itu.
Dari pengalaman sejarah, aksi makar atau pemberontakan yang ingin merongrong idiologi negara Pancasila dan menumbangkan pemerintahan yang sah jelas-jelas telah mendapatkan perlakukan yang keras dan tegas.
Akhir-akhir ini seperti ditegaskan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, terbukti ada dugaan gerakan makar yang mengancam pemerintahan yang sah dan idiologi negara, Pancasila. Perang urat syaraf pun telah dimulai Polri.
Salah satunya dengan menebar maklumat melalui tiap Polda dan pernyataan Panglima TNI yang menyiagakan ‘’prajurit bertangan kosong’’ serta menangkap orang-orang yang diduga terlibat dalam aksi makar.
Maklumat bahkan pernah disebar lewat udara menggunakan helikopter yang sekaligus berfungsi sebagai ultimatum.
Penyebaran maklumat/pamlet lewat udara itu mirip dengan pasukan Inggris-Sekutu yang menyuruh gerilyawan RI menyerahkan senjata sebelum pecah peperangan hebat 10 November 1945 di Surabaya.
Tapi peristiwa pertempuran 10 November jelas bukan merupakan upaya makar melainkan perjuangan hebat pasukan dan gerilya RI untuk mempertahankan kemerdekaan.
(Selingkuh, Penis SI Pria Terkunci Dan Tak Bisa Dicabut Dari Vagina)
Semangat juang 10 November di Surabaya itu jelas terwarisi oleh pasukan tempur TNI-Polri dan generasi muda yang tetap bertekad mempertahankan NKRI.
Jadi jangan pernah mengulangi aksi yang bersifat makar karena pemerintah yang mungkin terkesan ‘’diam dan lemah’’ ini sontak akan bangun dari tidurnya.
Bak harimau, macan jantan, yang siap bertarung karena selama ini sesungguhnya personel TNI/Polri terus mengasah kuku dan taringya.