Tak Perlu Memaksa Untuk Mengerti, Biarkan Tangan Tuhan yang Bekerja

K. Tatik Wardayati
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Ketika tidak memahami dan mengerti biarkan tangan Tuhan bekerja
Ketika tidak memahami dan mengerti biarkan tangan Tuhan bekerja

Intisari-Online.com – Seorang petani tua tinggal di sebuah pertanian di pegunungan dengan seorang cucunya yang masih kecil. Setiap pagi, petani tua itu bangun pagi-pagi sekali, lalu duduk di meja dapur dan membawa kitabnya. Cucunya ingin menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk meniru kakeknya dengan cara apapun semampunya.

Pada suatu hari sang cucu bertanya, “Kakek! Aku mencoba untuk membaca kitab kakek seperti yang kakek lakukan, tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan membaca kitab itu?”

Petani tua itu diam-diam beranjang dari tempatnya menempatkan batubara di kompor dan menjawab, “Ambil keranjang batubara ini ke sungai dan bawakan saya kembali sekeranjang air.”

Cucunya melakukan seperti yang diperintahkan oleh petani tua itu, tetapi semua airnya keluar sebelum ia kembali ke rumah. Petani tua itu tertawa dan berkata, “Kau harus bergerak lebih cepat lagi.”

Petani tua itu menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang itu untuk mencobanya lagi. Kami ini cucunya berlari lebih cepat, tapi sekali lagi keranjang itu kosong sebelum ia kembali ke rumah. Dengan napas terengah-engah, sang cucu mengatakan kepada kakeknya bahwa ia tidak mungkin untuk membawa air dalam keranjang, dan ia pun pergi untuk mengambil ember sebagai gantinya.

Petani tua itu berkata, “Aku tidak ingin seember air, tapi aku ingin sekeranjang air. Kau hanya tidak berusaha dengan keras saja.” Petani tua itu pun membuka pintu untuk melihat anak itu mencoba lagi.

Pada titik ini, cucunya tahu bahwa itu tidak mungkin, tapi ia ingin menunjukkan pada kakeknya meskipun ia berlari secepat yang ia bisa, air akan bocor keluar sebelum ia kembali ke rumah.

Anak itu sekali lagi mencelupkan keranjang ke sungai dan berlari kencang, tetapi ketika ia mencapai kakeknya keranjang itu lagi-lagi kosong. Sambil terengah-engah, katanya, “Lihat kakek! Itu tidak ada gunanya!”

“Lalu, kau pikir itu tidak berguna?” Petani tua itu berkata, “Lihatlah keranjang itu.”

Anak itu melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya ia menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Telah berubah dari keranjang batu bara yang kotor dan kini bersih, di dalam dan luarnya.

“Cucuku, itulah yang terjadi ketika engkau membaca kitab kakek ini. Kau mungkin tidak memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kau membacanya, engkau akan berubah, luar dalam. Itu adalah pekerjaan Tuhan dalam hidup kita.”

Artikel Terkait