Advertorial
Intisari-online.com - Sebagai negara yang tidak memiliki akses komunikasi dan kehidupannya disembunyikan dari publik dunia membuat banyak orang berpikir bahwa negara ini sangat terbelakang.
Dugaan ini semakin kuat dengan banyak foto yang beredar di internet yang menggambarkan bagaimana pilu kehidupan negara komunis itu.
Meski begitu, tepatkah bila kita menyebut Korea Utara sebagai negara yang miskin?
Baca Juga :Benarkah Korea Utara Masih Terus Memproduksi Bahan Bakar Bom Nuklirnya?
Pada kenyataan tidak demikian, sebab masih ada kehidupan elite di di Korea Utara yang mungkin tak pernah Anda ketahui sebelumnya.
Melansir dari Dailymail, orang-orang elite di Korea Utara ini disebut dengan kaum donju, mereka adalah golongan sosialita dari Korea Utara.
Donju sendiri berarti penguasa uang. Kaum ini tinggal di ibu kota Pyongyang dan kota-kota berkembang utama lainnya seperti Chongjin, Wonson, dan Hamhung.
Kaum ini, yang terdiri atas para pengusaha beserta keluarganya, hanya sekitar 10 persen dari populasi negara itu.
Menurut Chad O'Carroll, direktur NK News, mereka adalah kaum elite yang tidak mengindahkannya peraturan rezim Kim.
Jurnalis yang bermarkas di Seoul itu mengatakan kepada Dailymailbahwa indikator ekonomi utama dari kemakmuran negara itu adalah bahwa 13-15 persen penduduk sekarang memiliki telepon seluler.
Meskipun negara tersebut melarang penggunaan telepon seluler.
Baca Juga :(Foto) Inilah Potret Nyata Kehidupan Korea Utara yang Diambil Secara Ekslusif, Memilukan!
Popularitas gadget terlihat dalam gambar-gambar yang beredar, di mana foto tersebut diambil olehChristian Petersen-Clausen.
Ia ditugaskan oleh NK News untuk menghasilkan gambar eksklusif pada 2017 lalu melalui tur Koryo.
Foto-foto tersebut berusaha mengungkapbangsa yang penuh teka-teki ini, yang masih sedikit diketahui oleh dunia.
"Pemerintah tidak ingin marah di mana mereka merasa tidak memiliki apa-apa untuk memperolehnya," kata Chad.
Baca Juga :Membohongi Dunia, 8 Propaganda Korea Utara Ini Diketahui Hasil Photoshop
"Jadi mereka harus menerima kelompok-kelompok ini meski mereka bertentangan dengan konstitusi sosialisnya," tambahnya.
Meski barang-barang mewah yang mereka dapatkan dinilai ilegal dan melanggar sanksi PBB, mereka berhasil memperolehnya melalui China.
Negara tersebut mulai melakukan reformasi moneter pada 2009 silam, setelah melihat munculnya beberapa kaum menengah ke atas yang bisa dikategorikan orang kaya.
Awal mula toleransi ini semenjak tahun 1990-an, ketika itu bencana kelaparan menyebabkan runtuhnya ekonomi Korut.
Sulit bagi rezim untuk memerintah dengan tangan besi atas produk atau kekayaan pribadi untuk itulah ada peningkatan toleransi.
Orang-orang donju memiliki beberapa perusahaan independen di Pyongyang dan mereka menerima pembayaran dalam dollar AS bukan mata uang lokal.
Pengusaha yang membuat sekitar 2 persen dari populasi memicu jumlah donju karena keluarga dan teman-teman mereka mendapatkan manfaat dari kekayaan mereka.