Intisari-Online.com -Masih banyak misteri berkaitan dengan dunia penerbangan yang hanya diketahui oleh awak kabin saja. Nah, ketahuilah ini sebelum penerbangan selanjutnya yang dirangkum BusinessInsider dari berbagai sumber.
“Saya tidak membuat keputusan soal itu. Saya hanya meneruskan informasi ke kokpit dan kepala awak kabin, dan mereka yang memutuskan apakah kita mendarat atau tidak untuk menurunkan penumpang itu. Hampir semua pilot berkata kepada kami, ‘jika kamu bermasalah dengan mereka, saya juga bermasalah dengan mereka’, dan mereka akan mendukung kita 100 persen,” kata Long.
Seperti yang diungkapkan seorang pramugari di Reddit, orang mengganti popok bayi di nampan meja sepanjang waktu. Dan kemudian, tidak setiap nampan meja dibersihkan semuanya setiap penerbangan.
Apa lagi, “Ingat, mereka menggunakan lap dari barisan depan hingga ke belakang. Pas di kursi paling belakang, bayangkan lap itu bagaimana kondisinya,” kata Long.
Awak kabin lain menulis, banyak kejadian menjijikan terjadi di pesawat yang jarang dipikirkan atau dilihat penumpang, seperti kejadian-kejadian di toilet atau kursi penumpang. “Kamar mandi pesawat memang kering. Tapi itu bukan lingkungan yang paling bersih. Jadi, masihkah mau bertelanjang kaki atau hanya mengenakan kaos kaki saat ke toilet?” kata Long.
Maret 2016, penerbangan Delta Air Lines ditunda di Bandara Internasional Hartsfield-Jackson Atlanta setelah seorang penumpang menyalakan rokok listriknya (e-cigarette) saat di kabin.
Sementara itu baterei Li-ion pada rokok listrik menunjukkan kecenderungan untuk memantik jika rusak, peralatan merokok elektronik portabel yang menggunakan baterai sebagai catu dayanya diizinkan masuk pesawat sepanjang tidak dicek atau digunakan.
Samsung Galaxy Note 7, bagaimanapun berbeda soal. Ponsel pintar ini benar-benar dilarang oleh Departemen Transportasi AS dalam penerbangan udara ke, dari, atau di dalam AS.
Selain itu, serikat awak kabin tidak mengcover awak kabin yang terluka saat mencoba mengangkat tas penumpang ke bagasi atas. Nah, jika sudah tahu begitu, semoga kita tak terlalu berharap pada awak kabin untuk mengambil risiko seperti itu.
“Awak kabin tidak akan minum air panas di pesawat. Mereka tidak akan minum kopi atau teh tawar,” kata seorang awak kabin lainnya.
Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) menemukan bahwa satu dari delapan maskapai penerbangan gagal memenuhi standar keamanan air dan 15% dari sampel air yang diambil dari pesawat mengandung bakteri yang berbahaya.
“Anda tidak bisa melayani diri sendiri. Kami harus tahu seberapa banyak Anda telah minum sehingga kami tidak akan terlalu banyak memberi Anda minuman, sebab semakin tinggi Anda terbang dan semakin jauh Anda pergi, semakin alkohol berpengaruh terhadap otak Anda,” kata Long.
Kata Long, meski ia belum pernah mengalami hal itu, jika ada orang meninggal selama dalam penerbangan, ia akan tetap membiarkan ia di kursinya. “Saya akan mengambil selimut untuk menutupinya sehingga agak tersaru,” katanya.
Tidak ada aturan yang baku soal bagaimana menangani penumpang yang meninggal. Menurut Quartz, Asosiasi Transportasi Udara Internasional, yang mewakili hampir semua maskapai di dunia, menyarankan awak kabin untuk memindahkan penumpang itu ke kursi yang kosong. Jika tidak ada, awak kabin bisa memindahkan ke dapur atau memindahkan ke kelas bisnis. Atau, dalam kasus yang sangat jarang, awak pesawat bisa menempatkan penumpang yang meninggal itu di kompartemen yang disebut “lemari mayat”.
“Kami memutuskan untuk memperbaiki kondisi dan prosedur dalam menggunakan senjata Taser untuk mencegah tindakan kriminal dan gangguan di dalam pesawat dalam waktu yang cepat dan efisien,” begitu pernyataan Korean Air yang dikirim ke Reuters.
Kebijakan itu sebagai buntut peristiwa yang melibatkan penyanyi pop tahun 1980-an Richard Marx. Waktu itu ia diserang penumpang dan awak kabin tidak bisa berbuat banyak. Melalui Twitter, Marx mengkritik awak kabin yang tak bisa mengendalikan situasi.
United Airlines juga pernah mengeluarkan uang yang antara AS$6.000 dan AS$12.000 untuk memperbaiki seluncuran darurat yang rusak.
“Alasannya sederhana saja. Kami suka menghindari untuk menangapi panggilan lonceng dari barisan depan sebab menyanggupi permintaan itu akan menimbulkan dampak penumpang yang dilewati ingin meminta hal itu juga. Padahal persediaan makanan dan minuman atau barang-barang lain di pesawat terbatas.
“Bagi penumpang yang di belakang, tak masalah bagi kami untuk menuangkan beberapa cangkir anggur untuk mereka.”