Advertorial

Tak Pakai Kalkulator, Tapi Profesor Ini Ajarkan Matematika Melalui Cara Unik Ini

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Intisari-Online.com- Pada suatu hari di bulan Januari yang bersalju, Prof Sara Jensen, bertanya pada mahasiswa di kelas tentang yang terlintas dalam pikiran mengenai matematika.

Dua kata teratas yang bermunculan adalah "perhitungan" dan "persamaan."

Namun ketika Jensen menanyakan hal sama di ruang ahli matematika profesional, kata yang muncul adalah "pemikiran kritis" dan "pemecahan masalah."

Ternyata apa yang dianggap matematikawan profesional sebagai matematika sama sekali berbeda dari apa yang dianggap populasi umum yang cenderung membencinya.

Baca Juga:Banyak Surat untuk Tuhan, Inilah 9 Fakta Negara Israel yang Jarang Diketahui Publik Indonesia

Untuk memecahkan jarak di situ, Jansen menawarkan kelas "The Mathematics of Knitting" di Carthage College.

Jensen kemudian menghilangkan pensil, kertas, kalkulator, dan buku teks dari kelas.

Sebagai gantinya, dia menggunakan tangan, menggambar dan memainkan semuanya mulai dari bola pantai hingga pita pengukur.

Untuk PR, Jensen juga memberikan tugas dengan blogging dan merajut.

Sama tetapi berbeda

Inti dari matematika adalah persamaan, misalnya x=5.

Ini berarti x yang dibenci menunjukkan kuantitas yang bernilai sama dengan 5, angka 5 dan nilai x harus persis sama.

Setiap selisih yang terjadi menjadikan dua kuantitas itu tidak sama.

Baca Juga:Hanya karena Cinta, Gadis Cantik Rusia Ini Sudi Nikahi Pekerja Tambang Miskin Asal China

Namun, dalam keseharian ada banyak kejadian di mana dua kuantitas tidak persis sama, tapi padasarnya memiliki makna yang sama.

Bayangkan, misalnya, Anda memiliki dua bantal persegi.

Bantal pertama memiliki warna merah di atas, kuning di sebelah kanan, hijau di bawah dan biru di sebelah kiri.

Yang kedua berwarna kuning di bagian atas, hijau di sebelah kanan, biru di bawah, dan merah di sebelah kiri.

Bantal tidak persis sama. Satu memiliki atasan merah, sementara yang satu memiliki atasan kuning.

Tapi mereka memang mirip. Bahkan, mereka akan sama persis jika Anda membalikkan bantal dengan bagian atas merah sekali berlawanan.

Para siswa kemudian membuat bagan rajut persegi di mana semua delapan gerakan grafik menghasilkan gambar yang berbeda.

Ini kemudian disulam menjadi bantal di mana kesetaraan gambar dapat ditunjukkan dengan benar-benar memindahkan bantal.

Baca Juga:Rendam Kaki dengan Ramuan Ini, Racun dalam Tubuh hingga Stres Dapat Segera Diatasi!

Geometri lembaran karet

Topik lain yang dibahas adalah geometri lembaran karet.

Yakni dengan membayangkan seluruh dunia terbuat dari karet, kemudian membayangkan kembali bentuk apa yang akan terlihat.

Konsep ini dipelajari dengan merajut, bahwa topi yang berbenruk segitiga dapat menjadi bentuk lingkaran saat dipakai karena keelastisannya.

Jika semua poligon adalah lingkaran, lalu bentuk apa yang tersisa?

Salah satu contoh dari merajut sesuatu yang tidak setara dengan lingkaran adalah selendang tanpa batas.

Jika Anda ingin membuat selendang tanpa batas kertas di rumah, ambil secarik kertas panjang dan rekatkan sisi-sisi pendek bersama-sama dengan menempelkan sudut kiri atas ke sudut kanan bawah.

Kemudian udut kiri bawah ke sudut kanan atas.

Kemudian gambar panah yang mengarah ke seluruh objek. Sesuatu yang keren akan terjadi.

Kesimpulannya adalah jika lebih banyak matematikawan mampu menyisihkan teknik klasik, nampaknya mungkin dunia bisa mengatasi kesalahpahaman yang berlaku bahwa perhitungan adalah sama dengan matematika.

Baca Juga:Kisah Mata Hari, Mata-mata Cantik Keturunan Jawa yang Mengguncang Eropa

Artikel Terkait