Advertorial

Selain Tradisi, Pengawetan Kepala Manusia Ini Juga untuk Pembelian Senjata Api

Muflika Nur Fuaddah
Moh. Habib Asyhad
Muflika Nur Fuaddah
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com- Suku Maori yang menghuni Selandia Baru memiliki tradisi mengawetkan kepala orang-orang (mokomokai).

Wajah yang diawetkan itu adalh wajah-wajah yang semasa hidupnya berhiaskan tato tradisional tā moko.

Namun, tak hanya sekedar tradisi, selama Musket Wars pada awal abad ke-19, mokomokai juga dijadikan komoditi perdagangan.

Dilansir dari The Vintage News, tato pada wajah menunjukkan ketinggian status sosial dalam budaya Maori.

Baca Juga:Terlalu Mengandalkan Teknologi, Pasukan Khusus AS Bisa dengan Mudah 'Dilumpuhkan' Pasukan Khusus TNI

Ketika mereka meninggal, proses yang ditempuh untuk mengawetkan kepala terlebih dahulu dengan mengekstrasi otak.

Diikuti dengan menghilangkan bola mata dan kemudian menurupnya dengan serat rami.

Kepala kemudian direbus atau dikukus sebelum diasapi di atas api terbuka dan dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari.

Baca Juga:Berhasil Contek Rudal Udara Buatan AS, Kini Iran Siap Menggunakannya Untuk Menggempur Israel

Hasilnya adalah kepala mumi, mokomokai, yang akan disimpan oleh keluarga mereka dalam kotak berukir.

Kepala itu kemudian hanya akan dikeluarkan untuk upacara sakral.

Namun mokomokai juga menjadi barang perdagangan yang berharga selama Musket Wars (1807-1842) pada abad ke-19.

Ini dikarenakan adanya permintaan senjata api dan amunisi Eropa oleh orang-orang Maori.

Baca Juga:Rendam Kaki dengan Ramuan Ini, Racun dalam Tubuh hingga Stres Dapat Segera Diatasi!

Orang Maori mulai membuat mokomokai dari kepala budak dan tawanan perang.

Terkadang juga menatonya setelah kematian (dengan motif yang tidak bermakna) untuk dijadikan barang dagangan.

Ekspor kepala-kepala ini mulai berkurang saat penandatanganan Perjanjian Waitangi oleh Selandia Baru yang menjadi Koloni Inggris pada 1840.

Baca Juga:Dibuang Orangtuanya Karena Terlahir dengan Bibir Sumbing, Gadis Ini Tumbuh Menjadi Sangat Cantik saat Dewasa

Namun ada seorang kolektor mokomokai, Mayor Jenderal Horatio Gordon Robley, yang juga seorang perwira tentara dan seniman dan ilustrator Inggris.

Dia memiliki koleksi sebanyak 35 kepala karena tertarik pada etnologi dan terpesona seni tato.

Pada 1908, Robley berusaha menjual koleksinya ke Pemerintah Selandia Baru.

Baca Juga:Kisah Presiden Soeharto Diincar Sniper Saat Berkunjung ke Bosnia, Reaksinya Tak terduga

Namun ketika tawaran itu ditolak, sebagian besar koleksi itu dijual ke Museum Sejarah Alam Amerika, New York.

Tak hanya sampai di situ, sekitar tahun 2016 ada kampanye yang mengusahakan pemulangan mokomokai ke Selandia Baru dari seluruh museum dan koleksi pribadi di seluruh dunia.

Baca Juga:Ingin Maksimalkan Hasil Kamera Ponsel Xiaomi? Aktifkan 5 Fitur Ini!

Artikel Terkait