Advertorial

Kisah Herayati, Putri Seorang Tukang Becak yang Berhasil Lulus Cum Laude dan Pernah Raih IPK 4 di ITB

Mentari DP

Penulis

Herayati yang berasal dari Cilegon, Banten ini berhasil lulus predikat cum laude dengan IPK 3,77 dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Herayati yang berasal dari Cilegon, Banten ini berhasil lulus predikat cum laude dengan IPK 3,77 dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Intisari-Online.com - Berasal dari keluarga kurang mampu sering kali dijadikan alasan kebanyakan orang untuk tidak bersamangat dalam meraih cita-cita setinggi langit dan memiliki pendidikan tinggi.

Namun hal ini tidak berlaku bagi perempuan berusia 20 tahun bernama Herayati.

Meskipun hanya anak seorang tukang becak, perempuan berparas ayu tersebut tidak membuatnya patah arang, untuk menempuh pendidikan tinggi dan berhasil.

Ayahnya, Sawiri (66), hanyalah tukang becak dayung di Perumahan Krakatau Steel, yang hanya berpenghasilan Rp12 ribu hingga Rp15 ribu per harinya.

Baca juga:Masih Ingat dengan Raeni si Anak Tukang Becak yang Jadi Wisudawati Terbaik? Ada Kabar Baik Datang darinya

Jangankan untuk mengkuliahkan anak, untuk biaya sehari-hari saja tidak cukup.

Herayati yang berasal dari Cilegon, Banten ini berhasil lulus predikat cum laude dengan IPK 3,77 dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

ITB bukanlah sembarang universitas, ITB adalah salah satu kampus terbaik di Indonesia. Ribuan calon mahasiswa yang cukup secara materi bermimpi mengecap pendidikan di kampus ini.

Putri dari pasangan suami istri Sawiri (66) dan Durah (62) ini sempat mendapatkan IP 4,00 pada semester lima.

Hebatnya lagi Herayati atau akrab disapa Hera juga merupakan mahasiswi langganan penghargaan Dean’st List, enam kali berturut-turut.

Dean'st list adalah penghargaan dari Dekan FMIPA karena prestasi akademik yang baik berturut-turut sejak semester 1 pada 2015 sampai semester 1 pada 2017 memiliki nilai rata-rata (NR) selalu di atas 3,5.

Selain berhasil lulus program sarjana dan yudisium cum laude, Hera juga mengikuti perkuliahan program magister melalui program jalur cepat S1 – S2 (fast track) dan telah menyelesaikan 12 SKS mata kuliah program magister dengan nilai rata-rata 3,75.

Prestasi lainnya, dia juga pernah menjadi delegasi Indonesia dalam acara Asia Pasific Future Leader Conference 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Setelah lulus nanti, dia bercita-cita ingin menjadi dosen di daerahnya, Cilegon, Banten.

Baca juga:Pantas Saja Tak Tersedia di Google Playstore, Rupanya 5 Aplikasi Android Ini Sangat Canggih

"Saya ingin membaktikan diri kepada daerah yang sudah mendukung saya selama studi di ITB, saya juga sangat senang mengajar dan meneliti," kata Hera seperti dilansir Tribun Jabar, Sabtu (21/7/2018)

Lantas seperti apa perjuangan Hera sehingga bisa mengecap pendidikan di ITB?

Dikutip dari berbagi sumber yang pernah mengulas perjuangan wanita berkerudung ini didapatkan informasi bahwa Hera diterima di ITB melalui jalur seleksi tertulis umum di ITB untuk Fakultas Matematika dan IPA pada 2014 lalu.

Meski dia salah satu siswa berprestasi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pulomerak, Cilegon, dan selalu mendapatkan rangking pertama, Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) ITB pernah meragukan kemampuannya.

“Waktu ikut SNMPTN ITB, panitianya tidak percaya kalau nilai saya di raport besar-besar. Akhirnya saya ikut tes tertulis dan akhirnya saya diterima,” terangnya

Bagi Hera tidak ada yang tidak mungkin, dia percaya Allah akan selalu hadir bagi umat yang membutuhkannya, dan selama ini dia selalu berserah kepada Allah, dan selalu berjuang meraih cita-citanya.

”Selama ada ada kemauan, Insya Allah ada jalan. Saya yakin Allah maha kaya,” kata Hera

Semangat belajar yang dimilikinya tidak lain karena kondisi orangtuanya yang selama ini hidup dalam kesusahan. Dia menginginkan orangtuanya bisa hidup lebih baik.

“Saya ingin merubah hidup orangtua saya dan ingin membangun daerah kelahiran saya,” kata Hera.

Berkat kegigihannya dan semangat yang cukup kuat, Hera juga menginspirasi warga dilingkunganya yaitu di Lingkungan Masigit RT 03 RW 01, Kelurahan Kotasari, Kecamatan Grogol.

Para warga menjadikan Hera sebagai panutan untuk terus berjuang meraih cita-cita ditengah keterbatasan ekonomi.

Bahkan masyarakat yang tinggal disekitarnya dahulu tahun 2014 memberikan bantuan kepada Hera agar bisa berangkat ke Bandung melanjutkan kuliahnya.

Hebatnya lagi Heramemboyong keluarganya datang ke Sabuga, mengikuti prosesi wisudanya jerih payahnya.

Hadiah dari petinggi yang pernah datang ke ITB, disisihkannya untuk ongkos keluarganya di hari bahagianya, Wisuda.(Royandi Hutasoit)

(Artikel ini telah tayang ditribunnews.comdengan judul “Kisah Putri Penarik Becak, Lulus Cum Laude di ITB dan Peroleh Segudang Prestasi”)

Baca juga:Kisah Hebat Pasukan Khusus Singapura yang Pernah Dilatih Israel: Bisa Lumpuhkan Pembajak Kurang dari 1 Menit

Artikel Terkait