Tujuan serbuan udara saat malam hari dan merupakan satu-satunya penerjunan malam selama operasi militer di Timor-Timur itu adalah untuk menguasai landasan udara di kota Same.
Baca juga: Gara-gara Lupa Jemur Parasut, Sejumlah Pasukan Payung TNI Gugur saat Latihan
Agar pasukan payung Kostrad bisa mendarat tepat, untuk memandunya digunakan sebuah kapal perang TNI AL yang sedang lego Jangkar di lepas pantai Tanjung Lalete.
Caranya ketika enam pesawat C-130 Hercules pengangkut pasukan payung Kostrad sedang melintas di atas kapal TNI AL, semua lampu kapal dinyalakan sehingga bisa terlihat dari udara.
Dari posisi di atas kapal semua Hercules yang terbang pada kecepatan 200 mil/jam lalu mengambil arah lurus selama 4 menit, dipastikan sudah tiba di atas kota Same.
Operasi penerjunan pasukan payung itu sesuai rencana dan berdasar panduan lampu-lampu kapal perang akhirnya memang berlangsung sukses.
Pasukan Fretilin yang berada di Same hanya bisa melarikan diri menuju wilayah yang dianggap aman.
Pasalnya mereka begitu ketakutan setelah melihat pasukan payung yang berdatangan dari langit malam.
Saat itu pasukan Fretilin sebenarnya sedang membawa ratusan tawanan para anggota partai pro integrasi.
Sejumlah tawanan telah dibunuh secara kejam hanya karena pasukan Fretilin kekurangan orang untuk melaksanakan penjagaan.
Tapi pembantaian lebih lanjut yang bisa mengakibatkan ratusan tawanan tewas berhasil dicegah setelah pasukan Kostrad yang berdatangan dengan cepat berhasil menguasai kota Same.
(Sumber : Operasi Udara Di Timor Timur, Hendro Subroto, Pustaka Sinar Harapan, 2005).
Baca juga: Kisah Petapa India yang Pamerkan 'Kesaktiannya' Bisa Hidup Kembali Setelah Dikubur Selama 40 Hari
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR