Intisari-Online.com – Rendahnya minat baca di Kabupaten Jember, Jawa Timur, membuat prihatin Iman Suligi (65) dan istrinya, Gigih Rachwartini (59). Solusinya, mereka mendirikan taman bacaan dan taman bermain “Kampoeng Batja” tahun 2005. “Saya ingin berkontribusi memberikan fasilitas membaca bagi pelajar dan masyarakat dengan suasana yang nyaman dan menyenangkan,” kata Iman Suligi.
Memanfaatkan uang pensiun sebagai dosen, perlahan namun pasti Iman Suligi terus mengembangkan Kampoeng Batja. Lokasinya yang berada di tengah perkampungan tidak membuat Iman Suligi kehabisan akal agar Kampoeng Batja tetap nyaman bagi pengunjung. Berbagai jenis pohon ditanam guna membeirkan kesan sejuk saat berada di tempat tersebut.
Tak berhenti sampai di situ, Iman Suligi juga menyediakan pondokan sederhana bagi pengunjung yang berasal dari luar kota. Fasilitas perpustakaan yang cukup lengkap menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Berbagai kegiatan bernuansa literasi digelar setiap Minggu pagi dengan sasaran utama para pelajar di Kabupaten Jember. Beberapa kegiatan yang rutin diselenggarakan antara lain menulis puisi, melukis, menggambar, mewarnai, dan mengenal berbagai alat musik tradisional Indonesia.
“Saya berharap Kampoeng Batja menjadi rujukan masyarakat Jember ketika ingin belajar seputar dunia literasi,” ungkap Iman.
Keberadaan taman baca bukan hanya dirasakan oleh pelajar tetapi juga para pendidik di Kabupaten Jember. Tidak jarang beberapa guru memanfaatkannya sebagai ajang saling berbagi pengalaman. “Saya sering datang ke taman baca untuk sekadar bertukar pengalaman mengajar bersama rekan-rekan guru dan Pak Iman,” kata Erik Khamaludfi, seorang guru Matematika di Jember.
Tidak mengherankan jika pada 2014 Kampoeng Batja mendapat penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Penghargaan diberikan kepada Kampoeng Batja sebagai taman baca masyarakat kreatif dan rekreatif tingkat nasional bertepatan dengan hari aksara.
Kecintaan serta kepedulian Iman Suligi terhadap dunia literasi seolah tidak pernah padam. Seiring usia yang tidak lagi muda dan tenaga yang tidak lagi perkasa, mimpinya untuk memajukan masyarakat dalam dunia literasi justru semakin besar. Saat ini Iman Suligi bermimpi mendirikan museum literasi di Kabupaten Jember. “Melalui museum literasi saya berharap generasi muda semakin gemar membaca,” ungkap Pak Iman.
Meski museum literasi masih dalam impian, namun Iman Suligi selalu yakin bahwa suatu saat impiannya dapat terwujud. Semangat dan kerja keras Iman Suligi dalam upaya mencerdaskan masyarakat seolah memberikan semangat bagi kita untuk terus berkarya demi Indonesia yang semakin baik. Tak ada istilah tua untuk berusaha. (Ujang Sarwono)