Upacara pada- hari yang disebut Kamis Putih itu ialah untuk memperingati saat Yesus Kristus mencuci kaki para rasul sehari sebelum Yesus disalibkan.
Baca juga: Kisah Sarah Forbes Bonetta: Budak Kecil Dari Afrika yang Jadi Anak Angkat Ratu Inggris
Di masa yang lampau, berabad-abad lamanya raja-raja meniru jejak Kristus, artinya mereka membasuh, mengeringkan, dan mencium kaki sejumlah orang miskin pada kesempatan itu.
Namun Elizabeth II tidak perlu lagi melakukan hal itu. la juga tidak perlu mengikuti tradisi lama untuk membagi-bagikan cita buat pakaian atau membagi-bagikan ikan salem dan acar ikan herring.
Sebagai gantinya ratu membagikan mata uang Maundy sebagai tanda penghargaan kepada pria maupun wanita yang besar jasanya dalam bidang keagamaan. Tradisi yang masih diikuti ratu ialah membawa nosegay, buket bunga berbentuk bulat.
Tampaknya kebiasaan itu dimulai ketika terjadi wabah sampar di sana. Nosegay itu gunanya untuk mengusir bau-bauan yang tidak sedap.
Baca juga: Bila Dapat Kesempatan Bertemu dengan Ratu Inggris, Inilah Yang Tidak Boleh Anda Lakukan
Suami Ny. Bennett-Levy adalah direktur sebuah perusahaan Farmasi yang memiliki Royal Warrant untuk nosegay. Ketika perusahaan itu diangkat menjadi dealer Ford, suaminya berkata kepada rekan-rekannya, "Memiliki Royal Warrant sebagai pembuat nosegay rasanya tidak akan menolong kita dalam menjual mobil."
Istrinya, seorang seniwati yang pada masa itu sudah sering membuatkan nosegay yang mereka kirim ke istana, segera mengambil oper Royal Warrant itu.
Dikira isinya intan
Menjelang Kamis Putih, Ny. Bennett-Levy pergi ke kota, di mana ratu akan menghadiri upacara Maundy itu. la membawa bunga-bunga segar dan daun-daunan pemberian teman-teman, juga-kertas renda (doily), kawat, gunting, botol-botol kosong bekas selai.
Di dapur dekat katedral tempat upacara, semalam-malaman ia dan sukarelawan-sukarelawan tidak tidur. Mereka sibuk merangkai nosegay sampai pukul lima pagi. Sukarelawan-sukarelawan itu ialah dua putranya, seorang putrinya dan putra seorang pejabat pemerintah.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR