Gara-gara Donald Trump, Novel 1984 Karya George Orwell Mendadak Jadi Best-Seller

Moh. Habib Asyhad
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Novel 1984 karya George Orwell
Novel 1984 karya George Orwell

Intisari-Online.com -Novel distopia George Orwell, 1984 (Nineteen Eighty-Four), mendadak jadi best-seller di situs jual-beli Amazon, di Amerika Serikat. Meledaknya penjualan novel yang menyinggung tindakan represi rezim totaliter terhadap pemikiran kritis ini, tak lain dan tak bukan, disebabkan oleh pernyataan sekretaris pers Gedung Putih tak lama setelah pelantikan Donald Trump sebagai presiden.

(George Orwell dan 11 Poin tentang Menyeduh Teh Dicampur Susu)

Craig Burke, direktur publisitas di Penguin, AS, mengatakan bahwa penerbit telah mencetak 75 ribu eksemplar baru minggu ini. Pihaknya juga mempertimbangkan untuk melakukan cetak ulang lagi.

“Kami telah melihat lonjakan penjualan,” ujar Burke. Ia menambahkan bahwa kenaikan terjadi pada akhir pekan kemarin dan semakin tinggi pada Selasa dan Rabu pagi. Sejak Jumat (20/1) kemarin, peningkatan penjualan naik hampir 9.500 persen. Gila.

Sepengetahuannya, kenaikan permintaan novel 1984 karya George Orwell itumulai meninggat pada Minggu (22/1), tak lama setelah wawancara Kellyanne Conway, salah seorang penasihat Donald Trump, dalam acara “Meet the Press”.

Dalam acara itu, pembaca acara, Chuck Todd, bertanya pada Conway tentang klaim sekretaris pers Gedung Putih, Sean Spicer, yang menyebut pelantikan Trump telah dihadiri oleh banyak orang dan terbesar di antara inaugurasi presiden lainnya. Conway membantah bahwa pihaknya telah berbohong.

“Spicer,” ujar Conway seperti dilansir Nytimes.com, “hanya memberi fakta alternatif.”

Sontak pernyatan Conway itu mendapat kecaman dari banyak kalangan. Mereka menyebut Conway sebagai orang yang berpandangan seperti yang disebut George Orwell dalam novel yang terbit pertama pada 1949 itu.

Tak hanya di Amerika Serikat, peningkatan permintaan juga terjadi di Inggris dan Australia. Naiknya sekitar 20 persen dibanding dengan periode yang sama di tahun lalu. Novel distopia lain yang juga naik daun adalah The Man in The High Castle karangan Philip Dick. Novel ini memberi sejarah alternatif di mana Nazi berhasil mengalahkan Amerika Serikat pada Perang Dunia II.

“Semua orang mengingat 1984 sebagai parodi dan distorsi,” ujar Prof Stefan Collin, seorang profesor sejarah intelektual dan pakar Orwell di Universitas Cambridge. “Sebuah hal yang tak nyata tapi disebar-sebarkan sebagai kenyataan…”