Cara ini dilakukan oleh pasukan Babilonia dan Mesir, pada masa Sebelum Masehi.
Pada Abad Pertengahan, militer Inggris pernah memberlakukan hormat dengan cara membuka topi. Tapi setelah abad XVII cara ini dianggap tidak praktis, karena jenis topi beraneka macam dan semakin berat.
Dalam sebuah aturan tertulis bertahun 1745 disebutkan: menghormat cukup menyentuh ujung topi dan memberi salam hormat.
Namun aturan itu dibedakan antara prajurit dengan budak. Jika sesama prajurit harus saling menatap, budak cukup menunduk saja.
Baca juga: Ekspor Pesawat Militer ke Filipina Tunjukkan Makin Digdayanya Kekuatan Udara Indonesia
Ada pula hormat senjata. Ketika pedang masih digunakan, antara dua prajurit yang akan bertarung akan selalu memberi "hormat" dengan mencium leher pedang mereka.
Konon mencium pedang menjadi simbolisasi mencium salib, karena ada bentuk persilangan di gagangnya. Saat ini tradisi mencium pedang sebenarnya masih dilakukan, hanya niatnya berbeda.
Ketika senjata api lazim digunakan, tercipta hormat dengan senjata api, terutama senjata yang berlaras panjang.
Maka pada saat berbaris mengikuti upacara atau pun berparade, antara pasukan yang membawa pedang, mereka yang membawa senjata laras panjang, serta mereka yang tidak membawa senjata, menghormat dengan cara mereka masing-masing.
Saat menjaga pos keamanan, penjaga bersenjata laras panjang juga memberi hormat senjata kepada perwira yang melintas.
Antara perwira senior dengan junior, biasanya gerakan hormat itu dibedakan.
Namun dalam keadaan genting, hormat senjata tidak diperlukan karena dianggap mengurangi kesiagaan penjaga terhadap musuh.
Jangan sampai ketika sedang menghormat, ternyata yang dihadapi adalah musuh. [dari pelbagai sumber/Tj – Intisari Oktober 2009]
Baca juga: Diduga Bagian dari Perlengkapan Militer, Inilah Kegunaan Pisau Asli Prajurit Swiss yang Unik Ini
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR