Advertorial

Hati-hati, Kalau Obat ‘Dewa’ Keliru Dipakai Bisa Menyebabkan Kematian

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – Akhir-akhir ini makin menyolok penjualan obat-obat golongan antibiotika di pasaran bebas terutama yang berupa kapsul. Kami anggap perlu bagi yang awam terhadap obat-obat untuk sekedar mengetahui kebaikan dan keburukannya apabila digunakan tidak dengan semestinya.

Obat antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan oleh jasad-jasad renik hidup, terutama jamur dan bakteri tanah yang mempunyai khasiat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri dan beberapa virus besar.

Obat dewa bisa tidak mempan

Antibiotika berasal dari kata anti yang berarti melawan dan bios yang berarti hidup atau kehidupan.

Obat antibiotik yang pertama ditemukan oleh Dr. Fleming seorang sarjana Inggeris pada tahun 1928 ialah Penicillin. Obat ini digunakan untuk sejak PD II sekitar tahun 1941 yang penggunaan utamanya untuk pengobatan penyakit kelamin seperti Syphilis dan Gonorrhoea.

Baca juga: Inilah Makanan yang Harus Dikonsumsi Bila Mengonsumsi Antibiotik

Obat ini begitu mujarab hingga pernah dijuluki seakan-akan obat dewa karena manjurnya. Banyak orang lalu menggunakannya untuk luka.

Bahkan di tahun 1962-1963 banyak orang desa diberi olesan penicillin berupa minyak. Justru karena pengobatan yang terlalu singkat atau terlampau lama dengan dosis yang terlalu rendah, maka akhirnya terbentuk suku-suku bakteri yang resisten, yang tidak peka lagi terhadap penicillin.

Lama kelamaan boleh dikatakan penicillin tidak mempan sehingga dipakai obat antibiotika lain yang lebih kuat dan lebih keras bekerjanya.

Jangan sembarangan

Obat antibiotika yang kedua yang paling banyak digunakan adalah Chloramphenicol, terutama berupa sirup untuk anak-anak. Begitu hebatnya pemakaian masyarakat hingga setiap pabrik farmasi dalam negeri hampir memproduksi sirup tersebut.

Chloramphenicol memang merupakan obat yang terpilih untuk Typhus perut yang biasanya disertai demam. Tapi dalam prakteknya ibu-ibu rumah tangga selalu memberikan obat tersebut asal anaknya demam atau batuk-batuk.

Baca juga: Ingat! Jangan Sembarang Minum Antibiotik, Ini Cara Tepat Obati Flu

Memang Chloramphenicol juga berguna untuk infeksi lainnya seperti batuk rejan (kinkhoest), cholera, tonsillitis dan Iain-lain yang penyakitnya itu bisa digolongkan penyakit cukup berat.

Perlu diketahui bahwa kerja ikutan (side effect) obat tersebut sangat berbahaya, yaitu kerusakan pada sumsum tulang sehingga pembuatan sel darah merah terganggu dan dapat menyebabkan kekurangan darah. Karena itu dianjurkan pemakaiannya hanya pada Typhus dan infeksi yang berat-berat saja.

Bisa menyebabkan kematian

Obat antibiotika lainnya yang terkenal ialah Tetracycline dan turunan-turunannya (derivat) yang dikenal masyarakat dengan nama-nama patent seperti : Terramydn, Ledennycin, Aureomycin, Super Tetra dan Iain-lain.

Obat inipun bisa digunakan untuk macam-macam penyakit seperti: Dysentri, infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran kencing tennasuk penyakit kelamin.

Perlu diingat bahwa kerja ikutan yang berbahaya ialah kemungkinan terjadinya Supra lnfeksi yaitu infeksi tambahan misalnya oleh jamur dalam usus dikarenakan flora usus normal terganggu.

Baca juga: Tak Perlu Beli, Antibiotik Bisa Dibuat Sendiri dengan Bahan Alami

Bila pengobatannya ada ditangan dokter tentu tidak akan terjadi, sebab dokter tahu betul bagaimana pencegahannya. Terutama pada pemakaian penicillin, bahaya yang paling dikuatirkan adalah gejala allergy yang dapat mengakibatkan kematian terutama dengan penyuntikan yang sembarangan saja tanpa ditest terleblh dahulu.

Obat rusak

Justru karena obat-obat golongan Antibiotika itu berbahaya maka digolongkan obat keras daftar G(Gevaarlijk) yang seharusnya hanya dapat dibeli dengan resep dokter.

Khasiat obat-obat Antibiotika ini mempunyai batas waktu biasanya antara 3-5 tahun. Artinya bila sudah lewat waktunya (expired) maka tidak ditanggung khasiat obat tersebut.

Biasanya makin menurun bahkan bila sudah terjadi kerusakan, perubahan warna sampai kehitam-hitaman bisa menimbulkan efek-efek yang tidak diinginkan.

Karena itu apaibila membeli kapsul diluaran, periksalah isi kapsul atau usahakan mengetahui kapan tanggal daluwarsanya (expiration date) yang biasanya tercantiim pada bungkus strips.

Mudah-mudahan dengan uraian ini para pembaca dapat lebih berhati-hati bila membeli obat antibiotika ditempat yang tidak semestinya. (Drs. Hartono Hdw. – Intisari)

Baca juga: Hebat! Meski Tak Berputing, Platipus Mampu Hasilkan Susu Guna Atasi Resistensi Antibiotik Manusia

Artikel Terkait