Advertorial
Intisari-Online.com-Aluminium adalah unsur dan logam paling umum dan paling banyak tersedia di Bumi.
Namun pada tahun 1850-an, aluminium pernah lebih mahal daripada emas.
Bahkan harganya pernahmencapai 1.200 US Dollar (Rp 17 juta)per kg.
Harga tersebut, dua kali lipat dari harga emas yang hanya 664US Dollar (Rp9,5 juta)per kg.
Jadi mengapa ratusan tahun lalu harga aluminium sangat mahal meski ketersediaan pasokannya tidak langka?
Baca Juga:NASA: Jika Gunung Agung Meletus, Maka Itu Berita Bahagia Bagi Kehidupan Umat Manusia
Dilansir dari windodisplays.com, diketahui 8,8% dari daratan Bumi terbentuk dari aluminium.
Tidak seperti emas dan berlian yang muncul sebagai logam, aluminium perlu ditambang dari bijih aluminium (bauksit).
Ekstraksi aluminium dari bauksit yang cukup rumit menjadikannya mahal.
Terlebih lagi penggunaannya yang luas baik dalam industri penerbangan atau sektor transportasi.
Aluminium pertama kali diproduksi pada 1825 oleh Hans Christian Orsted, seorang ilmuwan fisika dari Denmark.
Namun Hall dan Heroult lah yang berhasil menemukan proses untuk memproduksi aluminium secara murah pada 1886.
Akibatnya nilai aluminium turun secara signifikan sebesar lebih dari 80%.
Contoh tentang bagaimana aluminium diklasifikasikan sangat mahal dapat dilihat selama pertengahan abad ke-19.
Pada tahun 1884,Monumen Washington diselesaikan dengan pucuknya berbentuk piramida yang terbuat dari 2,8 kg aluminium.
Selain itu, Napoleon III bahkan menjamu tamu-tamu pentingnya dengan alat makan dari aluminium, bukan emas.
Sekarang, aluminium telah kehilangan klasifikasinya sebagai 'logam mulia' dan menjadi material yang paling banyak didaur ulang di seluruh dunia.
Baca Juga:Kilau Perhiasanmu Mulai Meredup? Yuk Kembalikan Keindahannya Lewat 9 Barang Rumahan Ini