Advertorial

Ada Kisah Ajaib di Balik Jatuhnya Pesawat Dakota AURI yang Ditembak Pesawat Tempur Belanda pada Operasi Trikora

Moh. Habib Asyhad
Intisari Online
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com -Tahun 1962 Indonesia dan Belanda terlibat konflik militer.

Dua negara ini saling adu kekuatan dalam upaya memperebutkan wilayah Irian Barat.

Untuk mengimbangi milier Belanda, Indonesia melancarkan Operasi Trikora dengan mengerahkan kekuatan militer dari unsur darat, laut, dan udara.

Tahap awal militer Indonesia untuk membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda adalah melaksanakan operasi militer berupa penyusupan secara rahasia (infiltrasi), khususnya lewat udara.

Baca juga:Kisah Dokter Militer yang Ditugaskan dalam Misi Trikora untuk Membebaskan Irian Barat: Pernah Harus 'Menukar' Bayi dengan Babi

Tapi upaya infiltrasi ke Irian Barat lewat udara yang dilaksanakan oleh AURI bukan merupakan operasi militer yang mudah.

Operasi penerjunan pasukan dan logistik menggunakan pesawat C-47 Dakota bahkan merupakan tugas yang penuh resiko karena ancaman sergapan dari pesawat tempur Belanda, P-2 Neptune dan Hawker Hunter.

Sebagai pesawat patroli maritim yang menjadi andalan Angkatan Laut Belanda, Neptune yang dipersenjatai senapan mesin kaliber 12,7 mm, roket udara ke udara FFAR 70 mm, bom konvesional, bom laut dalam (depth charge) dan torpedo antikapal perang bukan merupakan tandingan Dakota.

Selainbertugas mendeteksi kapal perang di lautan, Neptune merupakan ancaman yang sangat berbahaya bagi Dakota karena bisa menembak jatuh pesawat dengan senapan mesin12,7 mm dan roket FFAR-nya.

Sejumlah misi tempur C-47 Dakota AURI ke Irian Barat sudah beberapa kali disergap oleh Neptune tapi berhasil lolos.

Tapi satu Dakota AURI T-440 akhirnya ditembak jatuh Neptune sewaktu melancarkan Operasi Garuda Putih I.

Operasi Garuda Putih I dilaksanakan pada 17 Mei 1962 dengan mengerahkan tiga C-47 Dakota, yakni Dakota dengantail numberT-478, T-480, dan T-440.

Tugas ketiga Dakota yang terbang dari Laha, Ambon menuju Kaimana adalah menerjunkan pasukan dari Yon 454-BR/PARA, 1 peleton PGT-AU,RPKAD, Brimob, dan koli logistik tempur.

Persiapan penerjunan pasukan yang sudah disiapkan secara matang itu ternyata masih menemui kendala. Dakota beregistrasi T-478 mengalami kerusakan radio sehingga gagal terbang.

Dua Dakota lainnya, T-480 dan T-440 yang tidak mengalami kendala kemudian melesat terbang menuju Kaimana.

Prosestake offdua Dakota itu sendiri penuh perjuangan karena Lanud Laha masih dalam kondisi basah akibat hujan dan fasilitas penerangan landasan hanya memanfaatkan sejenis obor yang dipasang di kanan-kiri landasan.

Sementara untuk menambah penerangan dibantu sinar lampu mobil yang jumlahnya terbatas.

Awak Dakota T-480 terdiri dari kapten pilot Kapten Udara Hamsana, kopilot Letnan Udara I Alboin dan awak pendukung lainnya, Letnan Udara II Abdul Muluk, Serma Rusidi, serta Koptu Nana Sukarna.

Sementara awak Dakota T-440 adalah Kapten Udara Djalaludin Tantu (pilot), Letnan Udara II Sukandar (kopilot) dan empat awak pendukung yang terdiri dari Peltu Torrar, Pelda Yusuf, Serma Zamhur dan Serma Djasmo.

Misi penerjunan pada waktu dini hari itu berjalan lancar dalam artian semua pasukan dan logistik berhasil diturunkan ke sasaran dan pesawat pengangkut berhasil meninggalkanDropping Zonedan terbang kembali ke Lanud Laha.

Selama dalam perjalanan pulang kedua Dakota yang terbang pada pukul 05.00 belum menemukan masalah. Untuk menghindari sergapan pesawat tempur Belanda,

Kapten Djalaludin sengaja menerbangkan pesawatnya pada ketinggian rendah di atas permukaan laut agar terhindar dari pantauan radar Belanda.

Cuaca pagi yang mulai terang membuat semua awak Dakota bisa melihat cakrawala secara visual dalam jarak yang jauh. Sehingga jika ada pesawat yang mendekat bisa terdeteksi dengan mata telanjang.

Tapi suasana penerbangan yang tenang itu ternyata tak berlangsung lama.

Kapten Pilot Djalaludin yang terbang sambil tetap memasang kewaspadaan sekilas menangkap sebuah titik hitam yang terbang di kejauhan.

Karena belum bisa memastikan pesawat terbang yang kian lama terbang makin mendekat itu, Djalaludin hanya berharap bahwa pesawat itu adalah pesawat kawan yang sedang bertugas sebagai air cover.

Namun ketika pesawat yang terbang mendekat makin jelas wujudnya semua awak Dakota langsung tegang.

Pesawat tersebut ternyata pesawat berbaling ganda berlambang lingkaran bendera Belanda, Lockheed P-2 Neptune ber-tail number yang juga terlihat jelas, M-273.

Tanpa berpikir dari mana Neptune tersebut bisa memergoki Dakota, Kapten Djalaludin segera membuat manuver menghidar dengan cara terbang sangat rendah.

Demikian rendahnya terbang Dakota T-440 sehingga sampai nyaris menyentuh air laut. Cipratan air laut bahkan terlihat jelas oleh para awak T-440 akibat putaran baling-balingnya yang sedang bekerja secara maksimal.

Melihat sasarannya berusaha kabur, Neptune Belanda yang memiliki kecepatan lebih tinggi mulai mendekat pada jarak tembak.

Dalam situasi kritis itu, Kapten Djalaludin sempat memberi tahu kepada pilot Dakota T-480 jika sedang dikejar Neptune.

Bersamaan dengan pesan itu, senapan mesin kanon 12, 7 mmNeptune menyalak dan peluru berhamburan di kanan kiri Dakota T-440.

Pada rentetan tembakan yang pertama, sejumlah peluru berhasil menghantamfuselageT-440 tapi terbangnya masih stabil.

Kapten Djalaludin berusaha keras menerbangkan T-440 secara stabil sambil melaksanakan manuver zig-zag untuk mempersulit bidikan senapan mesin musuh.

Tak berapa lama kemudian Neptune Belanda pun melancarkan rentetan tembakan kanonnya yang kedua.

Serangan Neptune yang kedua itu membuat suasana di dalam kokpit T-440 makin mencekam karena sayap dan tanki bahan bakar terkena tembakan.

Api pun mulai menyala dan cepat menjalar ke seluruh sayap dan bisa dilihat langsung dari arah kokpit.

Kapten Djalaludin berusaha menerbangkan pesawatnya agar tetap normal.

Tapi akibat gempuran yang kedua itu, Dakota T-440 makin tak berdaya, terbangnya mulai oleng, sebelum akhirnya tercebur ke laut.

Akibat goncangan pendaratandicthingitu semua awak terlempar menghantam atap kokpit.

Tapi tak ada seorang pun yang cederaserius dan semua awak masih dalam kondisi sadar sehingga masih punya waktu untuk bertindak dalam situasi yang sangat kritis itu.

Para awak Dakota T-440 bahkan masih mampu berkoordinasi dan segera melempar dua perahu karet penyelematan ke atas permukaan laut.

Tapi salah satu perahu karet ternyata bocor akibat hantaman peluru kanon Neptune.

Setelah melihat korbannya jatuh, Neptune kemudian memberi tahu posisi Dakota T-440 yang jatuh kepada kapal perang yang sedang berpatroli.

Semua awak Dakota T-440 kemudian berhasil diselamatkan oleh kapal perang Belanda, Friesland dan menjadi tawanan perang.

Setelah ditahan di Fakfak oleh marinir Belanda, semua awak Dakota T-440 lalu diangkut menggunakan pesawat Dakota Belanda untuk dipindahkan ke tahanan Polisi Militer AL Belanda yang berada di Papua.

Selanjutnya semua tawanan ditempatkan di penjara Wundi yang lokasinya merupakan sebuah pulau dekat Biak.

Setelah gencatan senjata tercapai, semua awak T-440 bebas dan diberangkatkan ke Jakarta dengan Hercules UNTEA (United Nations Temporary Authority).

Namun, Kapten Djalaludin yan pada era berikutnya berpangkat Letkol dan menjadi pilot C-130 Hercules gugur dalam tugas saat menjalankan misi tempur dalam Operasi Dwikora. (A. Winardi)

Artikel Terkait