Intisari-Online.com – Pada suatu hari, di Karang Taruna Melati Putih ada suatu kegiatan orang muda yang sangat ditunggu-tunggu, yaitu kejuaraan bulu tangkis. Kegiatan tersebut telah dipersiapkan kurang lebih satu tahun lamanya.
Tentu dari segi waktu, kegiatan ini sangat matang hasilnya dan sesuai sasaran. Kegiatan yang dilakukan selama empat kali pertemuan dalam satu bulan ini, ternyata tidak sesuai dengan harapannya. Kegiatannya sangat kacau, dan tidak teroganisasi dengan baik. Tejo, sang ketua Karang Taruna, sangat frustrasi setelah melihat keadaan ini.
“Saya sangat kecewa dengan kinerja kepanitiaan ini, saya sangat kecewa,” sesal Tejo dengan nada tinggi.
Ketika rapat evaluasi berlangsung, Tejo kembali memarahi teman-teman panitia. Ia mengungkapkan bahwa kegagalan dari acara ini disebabkan kurangnya komitmen dari teman-teman panitia dan disebabkan oleh satu orang. Ia menuduh bahwa Bondan, Seksi Acara kegiatan ini, menghasut anggota lain untuk menghancurkan kegiatan perdana kepengurusan Tejo. Tejo sangat yakin bahwa yang dilakukan Bondan benar-benar berhasil, dan membuat dia sangat kecewa. Bondan yang dituduh demikian tidak menerima, sebab Tejo mengatakan hal tesebut tanpa alasan yang jelas.
“Tejo ngomong yang bener dong!” tuntut Bondan terhadap Tejo.
Alhasil terjadi retakan yang terjadi di Karang Taruna Melati Putih. Maka hadirlah “geng” Tejo dan “geng” Bondan yang akhirnya membuat tim tidak kompak.
Masalah Tejo dan Bondan memang telah selesai, namun efeknya masih terasa hingga kepengurusan mereka berakhir dan digantikan oleh yang baru. Ketua Karang Taruna yang baru, Rudi, adalah sahabat Tejo. Ia mengetahui masalah Tejo dan Bondan. Ia bertekad di dalam kepengurusan yang baru ini menyatukan kembali sahabat-sahabat mereka. Apalagi keduanya adalah “pentolan” Karang Taruna itu.
Maka, ia membuat kegiatan yang sama, yaitu Kejuaraan Bulu Tangkis. Rudi mengajak Tejo dan Bondan untuk ikut serta dalam kepanitiaan, namun mereka enggan terlibat. Maka, Rudi mencari jalan keluar yaitu mengajak Tejo dan Bondan menjadi peserta dalam kejuaraan tersebut. Ternyata, mereka berdua masuk ke babak final. Tentu saja ini menjadi tontonan yang sangat menarik, dan seluruh mata tertuju pada mereka. Akhirnya mereka bertarung untuk memperebutkan piala bergengsi ini.
Namun, pertandingan masih setengah perjalanan, panitia tiba-tiba menampilkan foto-foto Bondan dan Tejo. Foto-foto tersebut berisi keakraban satu sama lain saat masih terjalin. Ternyata mereka adalah sahabat sejak SMP hingga sekarang di bangku kuliah. Tejo dan Bondan yang melihat foto-foto tersebut terdiam dan terpaku. Mereka berpikir, seharusnya mereka tidak berselisih bila keduanya mau duduk bersama menyelesaikan masalah.
Rudi akhirnya membuka pembicaraan di depan orang banyak. “Teman-teman Karang Taruna, aku sebagai ketua yang baru, berharap dengan foto-foto tersebut akhirnya menyadarkan sahabat-sahabatku. Aku menginginkan mereka bersahabat lagi,” ungkap Rudi.
Tejo dan Bondan saling mendekat, lalu tidak lama mereka saling berpelukan dan saling meminta maaf. Mereka menyadari bahwa yang dilakukan itu salah, dan mereka berkomitmen menjalin persahabatan seperti dulu lagi. Akhirnya mereka pun menjadi kompak kembali, seperti sedia kala.