Intisari-Online.com – Saat Ibu kita masih hidup, terkadang kita tak terlalu memerhatikan betapa mulia dan agungnya dia. Baru setelah ia meninggal, kita merasakan betapa luar biasanya Ibu kita. Haruskah selalu terlambat?
Perang Vietnam pecah. Seorang suami muda bergabung dengan militer dan mengorbankan hidupnya meninggalkan istri dan anak-anaknya.
Sang istri menjadi janda dan anak-anaknya menjadi yatim. Kehidupan pascaperang ketika itu sangat sulit. Sering kali tidak mendapatkan cukup makanan untuk dimakan. Meski masih muda dan cantik, sang istri menolak untuk menikah lagi dan mendedikasikan seluruh hidupnya untuk membesarkan anak-anaknya dengan memberikan perawatan dan pendidikan yang terbaik.
LIHAT VIDEO MENYENTUH INI: https://www.facebook.com/intisarionline/videos/1302501869772257/
Sebuah kesempatan datang, anak pertama berimigrasi ke Amerika, belajar keras, dan menjadi teknisi mesin NASA dengan memiliki kehidupan yang baik.
Anak itu sering mengirimkan surat untuk ibunya bersama dengan banyak uang untuk dihabiskan ibunya. Namun, beberapa kali Natal, dan beberapa kali Tahun Baru berlalu, dengan berbagai alasan, anak itu keras kepala menolak untuk melakukan perjalanan pulang demi mengunjungi ibunya.
Ketika sang Ibu meninggal, anak itu pulang dan mengorganisasi pemakaman besar bagi ibunya. Tapi tidak seorang pun melihat ia mengeluarkan air mata.
Ibu meninggalkan sebuah kotak yang selalu ia tempatkan di bagian atas tempat tidurnya. Selama pemakaman, anak itu membuka peti dan tiba-tiba ia menangis, terisak, memeluk peti mati ibunya dan berteriak histeris, “Ibu! Ibu!”
Semua orang saling memandang dan melihat ke dalam kotak. Kotak itu penuh dengan uang lembaran 100 ribu dan selembar kertas. Di dalamnya terbaca, “Anakku, Ibu tidak menghabiskan terlalu banyak uang. Ibu sangat merindukanmu. Setiap kali Ibu mendengar suara sepeda motor yang lewat, Ibu selalu membuka pintu, tapi itu bukan anakku. Ibu menyimpan uang ini jika ternyata kau sakit.”
*** Mumpung pada 22 Desember 2016 HARI IBU, mari kita muliakan dia dengan berjanji, meminta maaf, mengirim doa, dan menyampaikan kata-kata mutiara di akun media sosial Anda dengan hashtag/tagar #IbukuMentariku