Intisari-Online.com – Dahulu kala, ada sebuah danau air dingin di Kenya. Banyak hewan datang di malam hari ke danau itu untuk meminum airnya. Tetapi orang-orang tidak pernah datang ke danau itu di malam hari. Karena hewan-hewan bisa membunuh dan memakan mereka.
Ada seorang kaya yang memiliki putri cantik pernah berkata, “Seorang anak muda, yang berani datang ke danau di malam hari dan tinggal di air dingin itu sampai pagi, akan saya nikahkan dengan putri saya.”
Nun jauh di sana, seorang pemuda miskin yang sangat menyukai putri orang kaya tersebut. Ia mengatakan kepada ibunya, “Aku akan mencoba untuk tinggal sepanjang malam di danau itu dan kemudian menikahi gadis yang kusayangi.”
“Tidak, tidak,” kata ibunya, “Kau adalah satu-satunya anakku! Air di danau itu sangat dingin dan hewan-hewan akan memakanmu. Jangan pergi ke sana!”
Ibunya mulai menangis dan menangis. Tapi anaknya berkata, “Ibu, jangan menangis. Aku harus mencoba. Aku sangat mencintainya.”
Pemuda itu pun mendatangi ayah gadis itu. Ia mengatakan kepadanya bahwa ia akan pergi ke danau itu dan tinggal di dalam air dingin itu sepanjang malam. Orang kaya itu mengirim para pelayannya untuk memastikan apa yang dikatakan oleh pemuda itu.
Ketika malam tiba, pemuda itu pergi ke danau. Pemuda itu tidak mengetahui bahwa ibunya mengikutinya. Sekita empat puluh langkah dari tempat berendam pemuda itu, ada bukit yang mengelilingi danau. Wanita itu naik ke atas bukit dan membuat api di sana. Binatang liar melihat api itu dan takut untuk pergi ke dekat tempat itu.
Pemuda itu juga melihat ada api. Ia mengerti bahwa ibunya ada di sana. Ia memikirkan cinta ibunya dan merasa bahwa lebih mudah baginya untuk tinggal sepanjang malam di air yang sangat dingin itu. Pagi datang. Pemuda itu pergi ke rumah orang kaya itu. Orang kaya melihatnya dan berkata, “Pelayanku mengatakan bahwa ada api di atas bukit empat puluh langkah dari danau. Itu yang membuatmu hangat dan itulah mengapa kau bisa tinggal sepanjang malam di dalam air. Jadi, kau tidak bisa menikahi putri saya. Selamat tinggal.”
Pemuda itu sangat marah. Ia pergi kepada hakim. “Yah,” kata hakim, “ini adalah kasus yang sangat sederhana.”
Keesokan paginya pemuda itu dengan ibunya dan orang kaya dengan pelayannya mendatangi hakim. Ada banyak orang di sana yang ingin mendengarkan kasus ini. Hakim meminta panci berisi air dingin. Kemudian ia berjalan empat puluh langkah dari panci dan membuat api.
“Sekarang,” katanya, “kita akan menunggu sebentar sampai air menjadi hangat.”
Orang-orang tertawa, “Tapi api begitu jauh, tidak mungkin bisa menghangatkan air di dalam panci.”
Kemudian hakim berkata, “Dan bagaimana bisa pemuda itu menghangatkan diri dengan api yang empat puluh langkah jauhnya?”
Kasus itu pun berakhir dan pemuda itu menikahi putri orang kaya itu. Mereka hidup bahagia selamanya.
Demikianlah, kasih sayang dan penyertaan ibu kepada anaknya sepanjang masa hingga apa yang dicita-citakan anaknya tercapai.