Dibutuhkan Kehadiran Orang Lain yang Peka dan Tanggap Mengulurkan Bantuan

K. Tatik Wardayati

Editor

Dibutuhkan Kehadiran Orang Lain yang Peka dan Tanggap Mengulurkan Bantuan
Dibutuhkan Kehadiran Orang Lain yang Peka dan Tanggap Mengulurkan Bantuan

Intisari-Online.com – Dalam rangka lustrum sebuah perguruan tinggi, diadakanlah pagelaran wayang orang yang berlakon Bima Suci. Pemainnya adalah para alumnus. Kebetulan Untung, sebut saja namanya demikian, ditugaskan memerankan sebagai Werkudara (Bima) yang dalam lakon itu sedang mendapat tugas mencari air kehidupan. Untuk memperoleh air kehidupan Bima harus berperang melawan berbagai godaan, musuh, dan ancaman. Tantangan berakhir adalah melawan naga di samudra raya sebelum bertemu dengan Dewa Ruci.

Sebagai pemeran Bima, Untung sudah kecapaian berperang melawan musuh-musuh yang menghadangnya. Ketika Untung – sebagai Bima – harus terjun ke dalam laut (samudera) yang dibuat dari plastik yang ditarik memanjang dan Untung harus melompatinya (sebagai gambaran terjun ke laut), Untung mengalami ada sesuatu yang mengganjal di pangkal pahanya. Untuk masih mencoba bertahan.

Setelah perang dengan naga di samudra itulah, begitu naganya mati, Untung betul-betul tidak bisa berdiri. Pangkal pahanya kram. Untung langsung ambruk (tetapi tidak kelihatan oleh penonton karena tertutup oleh plastik yang menggambarkan samudera) dan mengaduh kesakitan. Seorang temannya yang tahu musibah itu mengendap-endap masuk panggung dan memijit-mijit pangkal paha Untung dengan magnet untuk menyembuhkan kramnya.

Syukurlah, kram bisa diatasi dengan cepat, sehingga pagelaran wayang bisa dilanjutkan dengan sukses, tanpa penonton harus tahu bahwa selama bermain itu sebetulnya Untung mengalami kram. Yang mengetahui hanyalah para kru panggung yang cekikikan sambil cemas melihat Untung meringis kesakitan.

Dalam situasi kritis, dibutuhkan kehadiran orang lain yang peka dan tanggap untuk mengulurkan bantuan. Bantuan bukan hanya dalam bentuk materi atau barang, tetapi juga dalam bentuk kehadiran dan peneguhan. Apakah kita rela menjadi yang hadir dalam situasi krisis dan kritis? (Hidup Itu Lucu dan Indah)