Intisari-online.com—Sebagai teman, Haryo (35) merasa perlu menegur perilaku Gunadi (36) kali ini. Soalnya, Gun, begitu sapaannya, pikiran dan sikap negatifnya makin menjadi. Haryo ingat, dua hari yang lalu ia ditelepon hampir tengah malam oleh Gun untuk bercerita soal istrinya. Katanya, istri Gun, mulai berani melawan suami.
Belum lagi berbagai komentar negatif yang ditujukannya pada istrinya sendiri, padahal hanya untuk hal-hal yang sepele. Masakannya makin tidak enaklah, tidak beres menyetrika pakaianlah, hingga terakhir kali yang paling tidak masuk akal bagi Haryo, Gun mengeluh soal aroma pewangi pakaian yang digunakan istrinya.
(Apakah Pikiran Negatif Bisa Menular? )
Rupanya, komentar negatif soal istrinya itu tidak hanya dikeluhkan Gun pada Haryo. Kawan-kawan di kantor Gun juga sudah sampai tahu mengenai masalah sebesar kerikil ini. Tapi sayang, Gun tidak sadar, bukan saja istrinya yang dinilai negatif oleh orang lain, tapi dirinya juga.
Soalnya, pikiran negatif Gun itu sangat mempengaruhi cara pandangnya. Tidak jarang, ia lebih banyak menemukan hal yang salah dari pada yang benar ketika berinteraksi dengan orang lain. Ini salah, itu salah. Intinya pikiran dan tindakan negatif melulu. Duh, Gun..Gun..
Apakah Anda sering menemukan orang seperti Gun? Yang kehadirannya selalu saja membawa energi negatif? Entah itu dari perasaannya yang sensitif sehingga sangat mudah marah atau si penggosip yang tidak tahan tanpa berkomentar negatif akan orang lain.
Sikap, pikiran, cara pandang, perilaku, bahkan isi hati yang negatif itu sifatnya melemahkan kecenderungan positif seseorang. Akibatnya, kalau dilakukan berulang-ulang, berubah menjadi kebiasaan. Orang-orang ini bisa disebut sebagai si negaholic.
(Pikiran Negatif Membuat Kita Terpenjara)
Istilah negaholic diungkapkan oleh Dr. Chérie Carter-Scott, pakar perubahan perilaku dari Nevada, AS. Chérie secara khusus melakukan banyak kajian dan pelatihan ke seluruh dunia mengenai apa, mengapa, dan bagaimana mengatasi energi negatif pada diri seseorang maupun organisasi kerja.
Penyebab utamanya seseorang menjadi begitu negatif, adalah stres, termasuk di dalamnya stres terselubung. Seseorang menjadi kewalahan, sehingga ia mengalami sindrom yang membuat dirinya selalu merasa kurang puas akan segala sesuatu. Ia juga selalu merasa lebih kecil dibanding orang lain.
Dan seseorang bisa berubah menjadi negaholic, ketika ia merasa apa yang dihadapinya tidak sesuai dengan standar yang diharapkannya. Jadi, jangan heran, semakin sulit atau semakin kurang baik situasi seseorang, semakin cenderung ia bersikap dan berperilaku negatif.
(Punya Rekan Kerja yang Negatif? Begini Cara Mengatasinya)
Hal yang menyedihkan adalah siklus negatif ini sifatnya menular. Pertama, dimulai dari negatif terhadap diri sendiri. Seperti Gun tadi, walau ia tidak menunjukkannya, sebenarnya ia sudah membiarkan dirinya dipenuhi pikiran dan perasaan negatif. Akibatnya, ia menjadi biang negatif dalam keluarga maupun lingkungan pekerjaan.
Siklus negatif ini, kalau dibiarkan terus menerus, juga menghasilkan penuntutan, pembenaran diri, kecemasan, rasa malu, bahkan berkurangnya empati dalam diri. Selanjutnya, ia bisa berlanjut menjadi tahap negattack. Ya, seperti yang dilakukan si Gun tadi, perilaku negatif tadi disalurkan pada orang lain, karena ia tidak sanggup lagi memenuhi ekpektasinya terhadap dirinya sendiri.