Intisari-Online.com – Di sebuah hutan, hiduplah seekor burung pipit. Ia sangat bahagia hidup di hutan itu. Semua sudah tersedia mulai dari cacing yang banyak di tanah, danau untuk mandi dan minum, serta pepohonan rimbun untuk membuat sangkar. Segalanya indah di sana.
Suatu ketika, ia mengalami kesedihan. Sedih ini begitu mendalam sehingga ia merasa tak akan bisa melupakannya. Karena itu, ia mengambil satu batu dan menyimpannya. Batu itu selalu ia bawa ke mana pun. Saat terbang, tidur, mencari makan, batu itu selalu ada.
Hari-hari berlalu dan burung pipit ini pun mengalami kekecewaan yang lain. Ia mengambil lagi batu yang lain untuk menandai kesedihannya itu. Setiap ada peristiwa yang buruk atau menyedihkan, ia akan mengambil batu lagi. Besar kecilnya batu menandakan separah perasaannya terhadap kejadian itu.
Minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu. Makin lama, makin banyak batu yang dibawa oleh burung pipit. Berbagai macam batu ia miliki mulai dari batu kesedihan, kekecewaan, kemarahan, dan sebagainya. Hingga akhirnya datanglah suatu hari ketika ia tidak sanggup terbang lagi. Batu yang ia bawa sudah sangat banyak dan berat. Sekarang, ke mana pun ia pergi, ia hanya bisa berjalan sambil menyeret batu-batu itu. Ia sudah tak kuat lagi menggendongnya dam terbang.