Advertorial
Intisari-Online.com - Selama ini, tanpa disadari kita sering menyisakan makanan, baik itu dari rumah tangga, restoran maupun dalam acara besar.
Saat tak bisa lagi menampung sisa makanan, makanan tersebut hanya berujung ditempat sampah dan menjadi mubazir atau sia-sia.
Namun, ada sebuah inovasi baru dari para aktivis untuk menjadikan makanan yang berlebih (surplus) itu menjadi lebih berguna untuk orang lain.
Semua makananberlebih itu nantnya diselamatkanagar tidak menjadi sampah.
Baca Juga:PNS Mabes Polri Nekat Selundupkan Sabu untuk Suaminya yang Ditahan di Rutan Polda Metro
Baca Juga:Dari Baju Militer Hingga Bom Aktif, Inilah 10 Benda Teraneh yang Pernah Ditemukan dalam Perut Hewan
Salah satu contohnya adalah para aktivis di Indonesia.
Dilansir dari halaman Facebook AJ+, para aktivis tersebut membawa makanan berlebih dari pesta pernikahan yang jumlahnya kerap kali melimpah.
Hal ini dikarenakan dalam sebuah pesta pernikahan makanan kerap dibuah terlebih untuk antisipasi persediaan untuk para tamu undangan.
Kemudianpara aktivis tersebut membawa makanan tersebut kepada orang-orang yang tinggal di daerah kumuh Jakarta.
Baca Juga:Biker Wanita Ini Tak akan Pulang ke Negaranya Sebelum Para Pemerkosanya Dipenjara
"Banyak pesta pernikahan yang digelar di Indonesia." Kata Astrid Paramita, Co-Founder A Blessing to Share. "Banyak pula sisa makanan dari resepsi yang digelar. Sementara, sangat disayangkan masih banyak orang yang kelaparan. Jadi, program ini mencoba untuk menutup celah tersebut."
Indonesia sendiri, mirisnya menempati urutan kedua sebagai negara dengan jumlah makanan sisa terbesar setelah Arab Saudi.
Meskipun kemiskinan dan gizi buruk, Indonesia membuang sekitar 660lbs (sekitar 299 kilogram) dari makanan layakmakan setiap orang setiap tahunnya.
Program yang diciptakan Paramita, A Blessing to Share telah mengumpulkan 1,6 ton makanan dari 50 pesta pernikahan sejak November 2017.
Efendi, salah satu penerima makanan mengatakan, "Seneng aja, gak disangka gitu. Tau-taunya ada makanan gitu di sini."
Sekitar 30% makanan diproduksi setiap tahunnya terbuang secara global.
Itu sekitar 1,3 miliar, yang bernilai sekitar $1 triliun (sekitar Rp.14.000 triliun).
Jumlah itu tentunya sangat besar, dan seharusnya mampu didistribusikan untuk kalangan masyarakat yang lebih luas agar tak ada lagi kelaparan atau gizi buruk.
Banyak orang yang tentunya berharap programA Blessing to Shareini semakin luas ke daerah-daerah lain sehingga makanan yang berlebih itu tidak lagi terbuang sia-sia dan masyarakat miskin pun bisa memperoleh makanan yang mereka butuhkan.