Advertorial
Intisari-online.com - Senat Amerika Serikat diberitakan telah melarang penjualan pesawat siluman F-35 ke Turki.
Namun anehnya, seperti dilaporkan CNN (20/6), militer Amerika justru bakal mengirim dua jet tempur F-35.
Lockheed Martin sebagai pabrikan F-35 bakal menggelar upacara penyerahan di markas mereka di Fort Worth.
Juru bicara Pentagon Mike Andrews berujar, setelah upacara, dua jet tempur itu bakal diterbangkan di Pangkalan Angkatan Udara Luke di Arizona Kamis (21/6).
BACA JUGA:Meski Sudah Dapat Jet Siluman F-35 dari AS, Turki Tetap Beli Rudal Paling Mematikan S-400 dari Rusia
Di sana, pilot dan teknisi Turki bakal menerima jet tempur bermesin tunggal itu sekaligus mendapat pelatihan dan uji coba terbang.
Pengiriman dua F-35 pada Kamis ini merupakan bagian dari kesepakatan kontrak pembelian antara AS dengan militer Turki.
Andrews menolak berkomentar dengan peraturan yang disahkan oleh Senat AS soal larangan untuk mengirimkan pesawat tempur itu ke Ankara.
Perwira berpangkat letnan kolonel itu berujar, Turki tidak sekadar anggota kunci dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
"Turki salah satu peserta dalam proyek pengembangan pesawat tempur gabungan F-35 sejak dimulai pada 2000," tutur Andrews.
Sebelumnya, Turki berniat membeli 100 jet tempur F-35, dan telah membayar 800 juta dolar AS, atau sekitar Rp11 triliun.
Namun, rencana pengiriman dua jet tempur yang selesai diproduksi terganjal oleh peraturan yang disahkan oleh Senat tersebut.
Sebab di saat bersamaan, Turki tengah merampungkan proses transaksi pembelian sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia.
BACA JUGA:Gurkha Tentara Bayaran Inggris yang Dikenal Sangat Haus Darah Ketika Sudah Mencabut Pisau Kukrinya
NATO telah memperingatkan Turki sebagai anggota bahwa S-400 tidak sesuai dengan sistem pertahanan mereka.
Namun, Ankara tetap melanjutkan pembelian. Senat baru bersedia mencabut larangan setelah Presiden Donald Trump memastikan Turki tidak membeli S-400 dari Moskwa.
Turki melalui Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mempunyai alasan mengapa mereka membeli sistem rudal berbanderol 400 juta dolar AS, sekitar Rp5,5 triliun, per unit.
Cavusoglu menjelaskan, Turki sebenarnya telah mengajukan permintaan untuk membeli sistem pertahanan udara bikinan AS, Patriot.
Namun, di saat Turki sangat membutuhkan sistem pertahanan tersebut, AS dilaporkan tidak menyetujui penjualan sistem rudal.
"Inilah mengapa Turki, dalam keadaan yang sangat penting untuk mendapatkan sistem pertahanan, memutuskan beli dari Rusia," tutur Cavusoglu.