"Orang membayangkan nenek moyang kita sebagai manusia gua bar-bar, namun mereka sebenarnya astronom yang canggih," kata John Matineau, editor buku Megalith yang membongkar teknologi pembangunan Stonehenge.
“Mereka menerapkan geometri Pythagoras lebih dari 2000 tahun sebelum Pythagoras lahir," lanjutnya.
Situs seperti Stonehenge ini membuktikan bahwa selain menguasai astronomi, manusia pra-sejarah juga memahami kosmologi.
Menuju ke sebelah timur laut dari Stonehenge dalam jarak 3,2km ada bangunan Woodhenge.
Baca Juga: Membohongi Dunia, 8 Propaganda Korea Utara Ini Diketahui Hasil Photoshop
Ia juga diketahui menggunakan rumus Pythagoras.
Tak hanya itu, segitiga Pythagoras juga telah ditemukan di Avebury, cincin bagian dalam dari Kuil Druid di Inverness, Castlerigg di Keswick, Cumbria, Barbrook, di Derbyshire, Borrowston Rig, di perbatasan Skotlandia, dan Daviot 'B', di Aberdeenshire.
Akibatnya banyak 'lingkaran' batu tidak sepenuhnya melingkar tetapi memiliki geometri yang berasal dari segitiga Pythagoras
Batu-batuan besar Stonehenge juga pernah dikelilingi oleh 56 tiang kayu atau batu yang dapat digunakan untuk memprediksi gerhana sekaligus menunjukkan posisi Matahari dan Bulan serta fase lunar.
Baca Juga: Suku Fore di Papua Nugini Doyan Makan Otak Manusia, Begini Akibatnya pada Tubuh Mereka
Banyak Ilmu pengetahuan diduga menghilang setelah munculnya agama Kristen di Inggris.
"Orang-orang melihat Stoneheng sebagai bangunan orang bar-bar tak berbudaya, padahal mereka sangat terpelajar yang terlupakan," ucap Mr Heath.
Baca Juga: Mematikan, Inilah 6 Deretan Senjata Infanteri Terbaik Perang Dunia II
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR