Jangan Rusak Pertemanan Gara-gara ‘Postingan’ di Media Sosial

Tika Anggreni Purba
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

'Unfriend' Rekan Kerja di Medsos Dianggap Sama dengan Mem-'Bully'?
'Unfriend' Rekan Kerja di Medsos Dianggap Sama dengan Mem-'Bully'?

Intisari-online.com—Media sosial memberi kemudahan bagi kita untuk membuat sebuah ikatan pertemanan. Bahkan sebenarnya cukup menguntungkan untuk tetap terhubung bersama sahabat. Apalagi kita yang terpisah jarak dan waktu dengan keluarga dan sahabat.

Namun terkadang media sosial juga bisa menjadi arena pertengkaran. Persoalannya adalah media sosial menjadi lahan yang bebas untuk mengutarakan segala maksud. Dan sayangnya bisa saja direspons dengan segala pola pikir pula.

‘Postingan’ yang berlebihan, pesan yang mengandung kebencian, kalimat-kalimat keluhan, opini-opini yang tidak bertanggung jawab yang dibagikan teman di media sosial tidak selamanya bisa kita terima. Di saat itulah muncul emosi dan keinginan untuk memutuskan pertemanan dengan orang-orang yang menyebalkan di media sosial.

Belakangan, unfriend-unfollow-block ramai dilakukan oleh sesama teman di media sosial. Gara-garanya ya itu tadi, postingan yang dianggap tidak layak dibaca. Tapi benarkah kita harus melakukan itu?

Begini, kebanyakan teman-teman di facebook misalnya, tidak akan mengerti apa maksud kita ketika memutus pertemanan dengannya. Ia tidak akan mengerti bahwa kita tidak bermaksud mengakhiri persahabatan. Hanya saja kita kesal melihat ‘postingan’ nya yang begitu menjengkelkan.

Baca juga:7 Fakta Tentang Depresi Karena Media Sosial (1)

Saat ini, orang memaknai unfriend di media sosial dengan arti “saya tidak senang dengan pertemanan kita di media sosial maupun di dunia nyata” atau “selamat tinggal, teman”. Padahal maksud sebenarnya adalah “saya tidak senang dengan konten Anda bagikan di media sosial”.

Jadi, ketimbang memutuskan untuk meng-klik unfriend-unfollow-block user di media sosial, cobalah untuk:

* Membuat pengaturan mengenai ‘postingan’ apa yang muncul di lini masa akun media sosial.

* Mengurangi waktu untuk mengakses media sosial. Kalau media sosial hanya membuat hati semakin panas, mengapa sering-sering mengaksesnya?

* Lebih baik tidak merespons ‘postingan’ yang kita tahu tidak ada gunanya diperdebatkan di media sosial. Jika ingin berdiskusi, lebih baik bertatap muka langsung. Media sosial bukanlah ranahnya.

Jika teman-teman dekat misalnya, yang membagikan konten yang tidak Anda senangi (misalnya informasi pribadi, tulisan mengandung kebencian, konten mesum, dsb) cobalah berikan pengertian bagi teman dekat kita itu bahwa kita memiliki ‘batasan pribadi’ di media sosial. Ceritakan pada mereka bahwa memang semua orang memiliki hak masing-masing atas akun media sosialnya, namun kita tidak nyaman akan hal itu. Teman dekat, tentu mau mendengar pendapat, bukan?

Baca juga:Kesal dan Bosan dengan ‘Hingar Bingar’ Pilkada di Facebook? Pilih 3 Cara Ini

Mungkin kita juga memiliki lingkaran pertemanan yang sangat luas di media sosial. Teman-teman yang banyak itu mungkin membagikan opini-opini politik, pemikiran yang menyinggung agama, bahkan kalimat-kalimat yang membuat kita yang membaca begitu kesal.

Sebenarnya sebelum teman di media sosial membagikan konten yang menurut kita menyebalkan itu, ia tahu kenyataannya akan ada orang yang tersinggung. Namun ia tidak sadar bahwa apa yang dibagikannya itu bisa membuatnya kehilangan teman. Itulah yang harus disayangkan.

Satu lagi, ingatlah kita tidak bisa mengubah perilaku teman-teman kita di media sosial, tapi kita bisa mengubah diri kita sendiri. Cobalah lakukan tiga hal di atas tadi. Cari teman itu susah, jadi jangan asal unfriend! Jangan pertemanan rusak gara-gara ‘postingan’ di media sosial.

Artikel Terkait