Badut Kesayangan Anak-anak Aleppo Itu Tewas oleh Serangan Rudal

Moh. Habib Asyhad
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Anas al-Basha, badut kesayangan anak-anak Aleppo.
Anas al-Basha, badut kesayangan anak-anak Aleppo.

Intisari-Online.com -Anak-anak itu tampak bahagia. Di hadapan mereka, seorang badut dengan topi kue ulang tahun, dasi berwarna kuning, berhidung dan bermulut merah, sedang menghibur mereka di tengah kebahagiaan Idul Fitri yang ganjil, yang penuh dengan desingan peluru perang saudara.

Sebuh video yang diambil pada Juli 2015 oleh aktivis Aleppo Media Center memperlihatkan Anas al-Basha (24), si badut itu, berada di tengah-tengah perayaan ganjil itu. Ia menggendong seorang gadis kecil yang sedang tersenyum sembari memainkan musik, sementara anak-anak yang lainnya bertepuk tangan dan benyanyi.

Baca juga:Mannequin Challenge di Tengah Gempuran Peluru dan Bom di Suriah

Tapi badut kesayangan anak-anak Aleppo itu kini telah tewas. Seperti dilaporkan CNN, Anas tewas dalam sebuah serangan rudal di kawasan Mashhad, sebuah kawasan yang bersebalahan dengan kawasan yang dikuasai pasukan pemberontak Suriah, Selasa (29/11).

Anas merupakan direktur di Space for Hope, LSM lokal yang bekerja menyediakan layanan sipil bagi mereka yang berada di wilayah terdampak perang sudara. Zein al-Malazi, rekan Anas, menunjukkan menggunggah video bertanggal Oktober 2015 yang memperlihatkan temannya itu membagi-bagikan hadiah kepada anak-anak Aleppo pada.

“Untuk jiwa rekan kami tercinta: Anas al-Basha … kau akan selalu ada di hati kami,” tulis Al-Malazi di Facebook mengenang rekannnya itu, Kamis (1/12). Ungkapan bela sungkawa juga datang dari aktivis kemanusian di Aleppo lainnya.

“Tak seorang pun yang mengenalnya tidak menyukainya,” tulis Monther Etaky. “Ia orang baik!”

Hidup di bawah pengepungan

Kakaknya, Mahmoud al-Basha, mengatakan bahwa Anas menolak meninggalkan Aleppo. Sebaliknya, ia memutuskan tinggal di tempat kelahirannya itu untuk membantu menciptakan kebahagiaan bagi anak-anak di kota yang sudah luluh-lantak itu.

“Dia ingin tinggal untuk melanjutkan pekerjaannya, untuk membantu anak-anak dan para yatim di Aleppo,” ujarnya kepada CNN melalui saluran telepon. “Tahun ini, ia dan teman-temannya mulai membuat sekolah bawah tanah. Mereka biasa memulai kegiatan di bawah tanah yang aman itu—sebelum ke taman atau jalan-jalan.”

Menurut laporan UNICEF, setidaknya ada sekitar 100 ribu anak yang hidup di bawah pengepungan di Aleppo Timur saja. Sementara data yang dikeluarkan lembaga milik pemerintah menyebutkan, para aktivis yang berada di area terkepung itu telah membangun area bermain dan sekolah-sekolah supaya anak-anak kecil di sana bisa tetap bermain dan bergembira.

Mahmoud mendengar suara saudaranya itu lima hari yang lalu sesaat sebelum Anas tewas. Ia mengirim pesan suaramelalui WhatsApp, mengatakan betapa gilanya kondisi Aleppo. Dari pesan suara itu Mahmoud bisa mendengar gemuruh jet dan ledakan di sana.

Anas adalah mahasiswa sejarah di Aleppo University ketika protes anti-pemerintah meletus di Suriah lima tahun yang lalu. Situasi inilah yang kemudian berkembang menjadi perang saudara. Ia meninggalkan meja kuliahnya dan mulai bekerja untuk LSM di area yang dikuasai oposisi.

“Anasbukan teroris,” tulis Mahmoud di akun Facebook-nya. “Saya menulis itu karena Rusia dan rezim Asaad mengatakan bahwa mereka menargetkan teroris. (Tapi) siapa yang meninggal setiap hari di Suriah? Sipil, anak-anak, perempuan, dan orang-orang seperti Anas,” kutuk Mahmoud.

Artikel Terkait