Mereka adalah dosen, guru, mahasiswa, karyawan, dan bahkan kaum eksekutif. Mereka memaparkan berbagai alasan atas ketidak-pede-annya itu.
Saya rasa masalahnya hanya satu, yaitu tidak open mind-nya mereka terhadap penyebab dari rasa kurang pede-nya itu.
Misalnya seorang guru yang gagap teknologi dan tidak nyambung berdiskusi dengan rekan lainnya.
Seandainya saja ia mau "terbuka" atas kekurangannya, yaitu dengan meminta rekannya untuk mengajarinya teknologi dan belajar banyak hal, saya rasa hal ini akan membuat ia berkembang untuk kemudian tumbuh rasa percaya diri.
Daripada ia terus memupuk rasa malu yang mengakibatkan jiwanya makin berkarat oleh ketidak-pede-an.
Berterus terang
Contoh lain, seorang eksekutif yang gagap bicara. Andaikan saja ia mau "terbuka" akan kekurangannya bahwa ia gagap.
Why not? Yang dilihat adalah kemampuan dan ide-idenya, bukan cara bicaranya.
Menurut pengalaman saya yang juga penderita gagap bicara, gagap saya hilang justru karena keterusterangan itu. Keterusterangan membuat kita tanpa beban dan percaya diri.
Dengan demikian saya rasa tidak ada alasan untuk tidak percaya diri. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Hanya mereka yang sadar dengan kelebihannyalah yang akan memiliki rasa percaya diri.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR