Advertorial

Cerita di Balik Lahirnya Kaus Kaki, Dulu Bahannya dari Bulu Hewan dan Kulit

K. Tatik Wardayati
,
Yoyok Prima Maulana

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – Sejak awal, kaus kaki sudah menjadi bagian gaya busana dan pelindung kaki agar nyaman, bersih, bebas lecet, dan hangat.

Bentuk dan bahannya saja yang berkembang. Dari lembaran kulit hewan yang diikatkan di sekeliling pergelangan kaki hingga kaus kaki rajut dari katun, wol, sutera, bahkan serat buatan macam nilon.

Kaus kaki tertua tercatat dikenakan bangsa Yunani Kuno di abad ke 8 SM dengan bulu hewan kusut untuk penghangat.

Sementara bangsa Romawi membungkus kaki dengan kulit atau bahan tenun.

Orang Inggris menyebut kaus kaki sebagai sock, yang diambil dari bahasa Latin, soccus. Soccus adalah sejenis sepatu yang dikenakan aktor komedian Romawi. Mirip kaus kaki yang pas di kaki dan mudah dilepas.

Baca juga: Cukup Pakai Kaus Kaki Basah Saat Tidur, Maka Anda Akan Sembuh dari 3 Penyakit Ini! Coba Yuk!

Bangsa Romawi kadang memakai soccus dengan sandal. Kala masuk ruangan, sandal dilepas dan kaus kakinya tetap dipakai.

Di abad ke-12, kaus kaki bermakna sepatu bawah, sandal atau rajutan penutup kaki yang kadang memanjang ke lutut.

Di era 1490-an, kaus kaki yang menyatu dengan celana pendek membentuk celana panjang ketat dari sutera berwarna, wol, dan beludru, digemari.

Lalu muncullah istilah stocking yang menggambarkan penutup kaki dan tungkai pada tahun 1583.

Abad ke-18 sudah jamak pria dan wanita mengenakan stocking putih dari wol atau sutera.

Baca juga: Sering Dilakukan, Pakai Sepatu Tanpa Kaus Kaki Bisa Berdampak Buruk

Pada 1589 Yang Terhormat William Lee of Nottinghamshire dari Inggris menemukan mesin rajut kaus kaki.

Pembuatan kaus kaki katun, wol, sutera berwarna jadi lebih mudah, murah, dan digemari.

Kaus kaki yang menutup seluruh telapak kaki dengan rajutan penutup pergelangan kaki lebih pas.

Sulaman hiasan pergelangan kaki yang disebut clocks yang lalu juga diterapkan di kaus kaki panjang hingga lutut dan paha populer di abad ke-17.

Pun begitu, industri kaus kaki rajutan tangan tetap bertahan hingga tahun 1800.

Baca juga: Punya Bentuk Mirip Kaus Kaki Raksasa, Siapa Sangka Jika Syal Ini Dijual Seharga Rp4,2 Juta

Pada tahun 1930-an mesin rajut kaus kaki menjadi lebih canggih. Pengembangan yang cukup mencolok adalah ditemukannya polimer khusus yang kuat bak sutera pada tahun 1935 oleh Julian Hill, peneliti di Du Pont Company, kelompok perusahaan pimpinan Wallace Carothers di Delaware.

Polimer yang terbuat dari campuran air, alkohol, dan tearang yang dipanaskan ini kemudian dipatenkan tahun 1937.

Tahun 1939 serat buatan ini diperkenalkan di World's Fair di New York. Dari singkatan kota ini, NY, dinamailah serat tadi nylon (nilon).

Stocking nilon pertama ditawarkan di pertokoan pada 15 Mei 1940. Lebih dari 72.000 pasang terjual di hari pertama.

Pasar sutera Jepang pun jatuh dalam semalam. Jepang sendiri memiliki tradisi kaus kaki.

Baca juga: Namanya Saja Kaus Kaki Antibau, Ia Tidak akan Berbau Meski Sudah Dipakai Selama 6 Hari

Tabi menutupi mata kaki dengan rajutan terpisah antara ibu jari dan jari lainnya untuk mempermudah pria dan wanita mengenakan alas kaki macam zori, geta sebagai pelengkap busana kimono atau wakufu. Warna umum tabi adalah putih, warna formal untuk upacara minum teh.

Pria kadang mengenakan tabi biru atau hitam untuk bepergian. Wanita kadang juga mengenakan tabi dengan corak dan warna yang digemari pria.

Pekerja bangunan, petani, tukang kebun, dan penarik rickshaw (becak) kerap mengenakan tabi. Bahannya lebih kuat dan berat dan kadang dilengkapi sol. Jadi lebih mirip sepatu bot daripada kaus kaki.

Sampai kini, bangsa Jepang memiliki adat melepas sepatu dan mengenakan sandal di ruangan kecuali yang berlantai marmer atau keramik.

Kaus kaki tetap dikenal di musim dingin atau panas. Kaki memang tak pantas telanjang. (Christ)

Baca juga: Berhentilah Menggunakan Sneakers Tanpa Kaus Kaki! Itu Bisa Merusak Kakimu

Artikel Terkait