Advertorial
Intisari-Online.com -Kepastian pertemuan KTT antara pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump di Singapura pada 12 Juni 2018 sebenarnya telah membuat ketar-ketir Kim Jong Un sendiri dan Presiden China Xin Jinping.
Kim Jong Un merasa khawatir jika kepergian pertama kalinya menempuh jarak sekitar 5000 km menuju Singapura akan memicu kudeta di Korut.
Oleh karena itu Kim Jong Un pun telah mengambil langkah antisipasi dengan cara memecat sejumlah pejabat teras militer Korut yang berpontensi melakukan kudeta.
Sementara untuk mengantisipasi kemungkinan pesawatnya yang sedang terbang menuju Singapura disergap jet tempur musuh atau malah dirudal lawan, Kim Jong Un sebelum terbang ke Singapura juga telah menemui Presiden China Xin Jinping untuk meminta jaminan keamanan.
Baca juga:Konflik Laut China Selatan: Filipina Ancam Perangi China, Perlukah Indonesia Meniru?
Agar tidak melintas di kawasan udara yang potensi diserang jet tempur musuh atau ditembak rudal dari darat, penerbangan pesawat ‘Air Force One’ Ilyushin Il-76 yang ditumpangi Kim Jong Un akan melintas di ruang udara China dan selanjutnya langsung melintasi kawasan udara Laut China Selatan serta mendarat di Singapura.
Presiden Xin Jinping ternyata menyetujui dan mengizinkan pesawat Kim Jong Un melintasi kawasan udara China sekaligus siap memasok bahan bakar di pangkalan udara tertentu.
Tidak hanya itu Presiden Xin Jinping juga menyediakan pengawalan-pengawalan menggunakan jet tempur AU China secara estafet selama Kim Jong Un terbang hingga memasuki wilayah udara Singapura.
China secara terus terang memang mendukung Korut dan menyatakan bahwa Kim Jong Un merupakan partner ‘yang setia’ untuk menghadapi AS dan sekutunya.
Baca juga:Kenapa Mesti Pasukan Gurkha yang Amankan Pertemuan Presiden Trump dan Kim Jong Un?
Presiden Xin Jinping bahkan menekankan, Kim Jong Un menjadi ‘lebih penurut’ dan bersedia berunding dengan Donald Trump karena dirinya.
Bukan karena pengaruh tekanan politik dan ekonomi dari AS serta PBB.
China yang dengan terang-terangan telah menjadi ‘bodyguard’ Kim Jong Un itu jelas menunjukkan kondisi terkini yang sebenarnya bermusuhan dengan AS.
Pasalnya kekuatan militer China di Laut China Selatan sesungguhnya sudah saling berhadap-hadapan dengan kekuatan AL AS (US Navy) dan Pentagon sendiri telah menyatakan siap perang kapan saja.
Apalagi setelah China membangun pangkalan militer di salah satu pulau di perairan Laut China Selatan dan sudah menempatkan sejumlah pesawat tempur, pesawat intai, pesawat pembom serta fasilitas peluncuran rudal balistik.
Baca juga:Direkam Secara Diam-diam, 17 Foto Eksklusif Ini Ungkap Kondisi Korea Utara yang Sebenarnya