Bila Kekuasaan Berada di Tangan Orang yang Salah

K. Tatik Wardayati
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Kepemimpinan di tangan orang yang salah akan hancur
Kepemimpinan di tangan orang yang salah akan hancur

Intisari-Online.com – Seorang bijak mendengar bahwa salah satu temannya, teman masa kecil yang selalu bermain dan belajar bersama, telah menjadi perdana menteri negara itu. Hanya untuk mengucapkan selamat kepadanya, orang bijak itu turun dari pegunungan. Itu adalah perjalanan panjang dan melelahkan. Saat ia sampai di istana, perdana menteri sedang bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat.

Ia mengenal orang bijak itu, tetapi ia mengatakan, “Maaf, saya memiliki beberapa janji. Saya harus pergi ke tiga tempat, dan saya akan senang jika Anda bisa pergi bersama saya. Dalam perjalanan kita bisa bicara dan mengingat masa lalu kita yang menyenangkan.”

Orang bijak itu berkata, “Saya akan senang pergi bersama Anda, tetapi Anda lihat sendiri kain saya penuh dengan debu. Itu tidak akan terlihat benar duduk di sisi Anda pada kereta emas.”

Perdana menteri itu mengatakan, "Jangan khawatir. Raja telah memberikan saya mantel yang sangat mahal. Saya tidak pernah menggunakannya. Saya menyimpannya untuk beberapa acara khusus. Saya akan memberikan mantel itu. Anda bisa memakainya untuk menutupi pakaian Anda dari debu dan segala sesuatu.” Mantel itu pun diberikan pada orang bijak itu.

Mereka tiba di rumah pertama, lalu memasuki rumah. Perdana menteri memperkenalkan temannya, “Ia seorang bijak yang besar. Ia tinggal di pegunungan. Segala sesuatu yang ia miliki miliknya sendiri, kecuali yang melapisi bajunya, adalah milikku.”

Orang bijak itu tidak percaya, “Apa ini?”

Bahkan keluarga yang dikunjungi itu pun terkejut, karena sang perdana menteri menghina orang bijak itu sedemikian rupa.

Di luar rumah orang bijak itu mengatakan, "Lebih baik saya tidak menemani Anda. Anda menghina saya. Apa maksudnya mengatakan bahwa mantel itu milik Anda? Mereka tidak meminta.”

Perdana itu mengatakan, “Saya minta maaf, maafkan saya. Dan jika Anda tidak menemani saya untuk pertemuan berikutnya, saya akan berpikir Anda belum memaafkan saya." Orang bijak itu rendah hati, lalu katanya, “Kalau begitu tidak apa-apa, saya akan menemani.”

Memasuki rumah kedua, perdana menteri memperkenalkannya, "Dia adalah orang bijak yang besar dan tinggal di pegunungan. Semuanya, bahkan mantel itu adalah miliknya!”

Orang bijak itu tidak bisa percaya bahwa orang ini tidak memiliki kecerdasan sama sekali. Di luar ia hanya menolak, "Saya tidak bisa pergi ke janji ketiga. Ini terlalu berlebihan." Tapi perdana menteri itu mengatakan, "Saya telah mengatakan bahwa mantel adalah milikmu!"

Orang bijak itu mengatakan, "Anda boleh mengenalkan saya. Tapi apa perlunya memberi penekanan khusus pada mantel. Saya tidak melihat fungsi sama sekali dari mantel ini."

"Maafkan saya, tetapi jika Anda tidak bersama saya ke janji ketiga saya tidak akan pernah lupa bahwa saya telah menyakiti Anda. Tolonglah, hanya ada satu janji lagi, dan saya tidak akan mengatakan bahwa mantel adalah milikmu atau mantel milikku. Jangan khawatir tentang hal itu,” janji sang perdana menteri.

Orang bijak yang sederhana, itu setuju lagi untuk pergi bersamanya. Di rumah ketiga dia memperkenalkan orang bijak itu dengan cara yang sama, "Dia adalah seorang bijak besar dari pegunungan. Semuanya miliknya. Tapi soal mantel,lebih baik kita tidak membicarakannya!”

Dengan tertunduk penuh rasa tidak percaya, orang bijak tersebut pergi meninggalkan sang perdana menteri. Dia masih tidak habis pikir mengapa orang seperti itu bisa menjadi seorang perdana menteri. Dia tidak bisa membayangkan keputusan kelirus seperti apa saja yang diambil oleh sang perdana menteri tersebut.

Itulah yang terjadi ketika kekuasaan berada di tangan yang salah.

Artikel Terkait