Intisari-Online.com – Pada abad ke-18, di suatu malam badai, sebuah pohon besar tumbang dan menghalangi jalan yang sibuk di Baltimore di negara bagian Maryland, Amerika Serikat. Satu tim tentara diutus untuk menyigkirkan batang pohon tersebut.
Mereka memotong cabang-cabang pohon dan mencoba yang terbaik untuk memindahkan batang pohon besar itu dari jalan. Tapi mereka tidak bisa menggerakkan batang pohon itu karena sangat berat. Atasan mereka, seorang pria gagah dan kuat di atas kuda, sedang melihat pekerjaan para prajurit itu, sambil memberikan arah dan perintah tegas, tanpa keikutsertaannya secara fisik dalam pekerjaan itu.
Seorang asing di atas kuda putih melihat kejadian itu. Ia bertanya kepada komandan pasukan itu mengapa ia tidak mengulurkan tangan membantu para prajuritnya yang berkeringat, bukan hanya memberi perintah keras secara lisan. Petugas itu menjawab dengan marah, “Saya komandan di operasi ini! Saya atasan mereka! Menjatuhkan martabat saya bila bekerja dengan mereka.”
Orang asing itu membuka topi dan mantel, lalu bergabung dengan para prajurit. Mereka bekerja keras bersama-sama, dan setelah mengeluarkan banyak usaha, mereka pun dapat menyingkirkan batang pohon dari jalan itu. Ketika hendak pergi, orang asing itu mengatakan kepada petugas, yang komandan pasukan tentara itu, “Bila Anda memiliki pekerjaan yang sulit, Anda bisa memanggil saya. Saya akan datang untuk membantu Anda.”
“Siapa kau?” tanya petugas itu.
“Saya George Washington,” jawab orang asing itu sambil mempercepat lari kudanya. Petugas itu terkejut heran dan malu. Orang asing itu ternyata Presiden USA dan kepala komandan dari militer AS.
George Washington (1732-1799) yang memerintahkan pasukan Amerika selama Perang bersejarah kemerdekaan adalah Presiden pertama Amerika Serikat. Dia adalah seorang pemimpin berprinsip, seorang negarawan besar dan dermawan ternama. Kebaikan dan cinta kasih kepada semua, terutama kepada orang miskin dan kurang mampu, adalah tanda kebesaran yang sesungguhnya dan kepemimpinan yang nyata. Seorang pemimpin adalah orang yang tahu jalan, menunjukkan jalan, dan mengerjakannya. Ia tidak harus seperti papan tanda yang menunjukkan jalan dengan diam, tanpa keterlibatan aktif dalam gerak langkahnya.
Kerendahan hati adalah rahmat terbesar.