Intisari-Online.com – Alkisah, ada seekor rusa yang merupakan pemimpin dari kawanan ribuan rusa. Ia memiliki dua ekor anak jantan. Salah satunya ramping dan tinggi, dengan mata cerah, dan bulu kemerahan halus. Ia memanggilnya dengan sebutan Beauty. Sementara yang satunya berwarna abu-abu, juga ramping dan tinggi, dan dipanggil dengan Grey.
Suatu hari, setelah mereka dewasa, ayah mereka memanggil Beauty dan Grey. Ia berkata, “Saya sekarang sudah tua, jadi saya tidak bisa melakukan semua yang diperlukan untuk menjaga kawanan besar rusa ini. Saya ingin kalian, dua anak saya yang sudah dewasa, menjadi pemimpin, sementara saya pensiun dari mencari mereka sepanjang waktu. Kita akan membagi kawanan, dan masing-masing akan memimpin 500 ekor rusa.” Dan hal itu pun dilakukan oleh sang ayah.
Ketika waktu panen tiba, rusa selalu dalam bahaya. Beras berada pada titik tertinggi, dan rusa tidak bisa tidak masuk ke sawah dan memakannya. Untuk menghindari kerusakan tanaman mereka, manusia menggali lubang, mengatur senjata yang tajam di dalam tanah, dan membangun perangkap batu. Kesemuanya untuk menangkap dan membunuh rusa.
Mengetahui tentang musim ini, rusa tua yang bijaksana memanggil kedua pemimpin baru. Ia menyarankan untuk membawa kawanannya sampai ke hutan, jauh dari tanah pertanian yang berbahaya. Ia selalu menyelamatkan rusa dari yang terluka atau terbunuh. Kemudian ia akan membawa mereka kembali ke tanah yang rendah setelah panen usai.
Karena ia merasa sudah terlalu tua dan lemah untuk perjalanan, ia akan tetap berada di belakang bersembunyi. Ia mengingatkan mereka untuk berhati-hati dan melakukan perjalanan yang aman. Beauty berangkat dengan kawanannya ke hutan di pegunungan, begitu pula dengan Grey.
Para penduduk desa sepanjang jalan tahu bila rusa pindah dari tanah pertanian di dataran rendah ke daerah yang lebih tinggi. Mereka bersembunyi di sepanjang jalan dan membunuh rusa yang lewat.
Grey tidak memperhatikan nasihat bijaksana dari ayahnya. Alih-alih untuk hati-hati dan berjalan dengan aman, ia terburu-buru sampai ke hutan pegunungan yang subur. Ia berpindah-pindah tempat bersama kawanannya terus-menerus, pada malam hari, saat fajar dan senja, bahkan di siang hari bolong. Tentu saja ini jadi memudahkan orang untuk menembak rusa di kawanan Grey dengan busur dan anak panah. Banyak kawanan itu yang tewas, terluka, hingga akhirnya mati kesakitan. Grey mencapai hutan dengan hanya beberapa ekor rusa yang tersisa hidup.
Rusa Beauty cukup bijaksana untuk memahami bahaya bagi kawanannya. Ia sangat berhati-hati. Ia tahu lebih aman untuk menjauh dari desa dan dari semua manusia. Ia tahu itu tidak aman di siang hari, bahkan saat fajar atau senja. Jadi ia memimpin kawanannya hanya untuk bergerak di tengah malam. Kawanan itu tiba di hutan pegunungan dengan aman dan sehat, dan tidak ada yang tewas atau terluka.
Dua kawanan itu bertemu satu sama lain, dan tetap berada di pegunungan hingga musim panen berakhir. Kemudian mereka mulai kembali ke lahan pertanian.
Tapi rupanya Grey tidak belajar dari pengalaman pertama. Karena mulai dingin di pegunungan, ia terburu-buruk untuk sampai ke dataran rendah yang lebih hangat. Ia ceroboh seperti sebelumnya. Sekali lagi penduduk desa bersembunyi sepanjang jalan, menyerang, dan membunuh kawanan rusa Grey. Mereka semua tewas, kemudian dimakan atau dijual oleh penduduk desa. Grey menjadi satu-satunya rusa yang selamat dalam perjalanan itu.
Sama seperti sebelumnya, Beauty memimpin kawanannya dengan hati-hati. Ia membawa kembali 500 ekor rusa dengan aman. Ayah mereka yang melihat dari kejauhan, berkata, “Lihatlah rusa itu datang kembali. Beauty membawa semua kawanannya. Sementara Grey datang dengan kaki pincang dan sendirian tanpa kawanannya yang berjumlah 500 ekor. Mereka yang mengikuti pemimpin yang bijaksana, dengan kualitas yang baik, akan selalu aman. Mereka yang mengikuti pemimpin bodoh, ceroboh dan hanya memikirkan dirinya sendiri, akan jatuh ke dalam kesulitan dan dihancurkan.”
Setelah beberapa waktu, rusa tua itu meninggal. Beauty menjadi pemimpin kawanan dan hidup panjang, dicintai, dan dikagumi oleh semua.
Demikianlah, pemimpin yang bijaksana selalu mengutamakan keselamatan anak buahnya.