Intisari-Online.com – Alkisah, hiduplah seorang pengemis wanita tua yang dikenal dengan istilah “bersandarkan sukacita”. Ia selalu menyaksikan raja, pangeran, dan orang-orang membuat persembahan kepada Buddha dan murid-muridnya. Tidak ada yang lebih disukainya lebih daripada itu untuk dapat melakukan hal yang sama. Maka, wanita tua itu pun mengemis. Tapi, pada akhir hari, yang didapatnya hanya satu koin kecil.
Ia membawa koin kecil itu ke pedagang minyak untuk mencoba membeli minyak. Ia mengatakan bahwa ia tidak mungkin membeli sesuatu dengan koin yang sedikit itu. Tapi ketika penjual minyak itu mendengar bahwa pengemis tua itu ingin memberi persembahan kepada Buddha, ia merasa kasihan. Penjual minyak itu pun memberikan minyak sejumlah yang diinginkan wanita tua itu.
Wanita pengemis tua itu membawanya ke biara, di mana ia ingin menyalakan lampu. Sebelum menyalakannya, ia membuat sebuah keinginan, “Aku tidak punya apa-apa untuk diberikan, hanya lampu kecil ini. Tetapi melalui pemberian ini, di masa depan saya mungkin akan diberkati dengan lampu kebijaksanaan. Semoga saya dapat membebaskan sesama saya dari kegelapan. Dan mungkin saya dapat memurnikan semua penghalang mereka, serta membawa mereka menuju pencerahan.”
Malam itu minyak di semua lampu menyala. Tapi lampu wanita pengemis tua itu masih menyala saat fajar, tidak seperti lampu yang lain yang sudah padam. Ketika itu murid Buddha datang untuk mengumpulkan semua lampu. Ketika ia melihat ada satu lampu masih menyala, penuh dengan minyak dan dengan sumbu baru, ia berpikir, “Tidak ada alasan lampu ini harus tetap menyala di siang hari.”
Ia mencoba untuk meniupnya. Tapi lampu itu tetap menyala. Ia mencoba untuk mengibas dengan jari-jarinya, tapi tetap saja menyala. Ia mencoba memadamkan dengan jubahnya, tapi tetap saja lampu itu menyala.
Sang Buddha yang melihat kejadian itu sejak tadi, berkata, “Muridku, apakah engkau ingin memadamkan lampu itu? Tidak akan bisa. Engkau tidak bisa menggerakkannya, apalagi memadamkannya. Meski engkau menuangkan air dari seluruh lautan ini agar lampu itu mati, tetap saja tidak akan terjadi. Air di semua sungai dan danau di dunia ini tidak bisa memadamkannya. Mengapa tidak? Karena lampu ini diberikan dengan pengabdian dan dengan kemurnian hati dan pikiran, serta motivasi yang luar biasa.”
Ketika Budda mengatakan itu, wanita pengemis tua itu mendekatinya. Lalu Buddha mengatakan, bahwa di masa depan wanita itu akan menjadi buddha yang sempurna, yang disebut “terang lampu.”
Demikianlah, baik atau buruknya motivasi kita, yang menentukan adalah buah dari tindakan kita.