Intisari-Online.com – Seorang ayah dan putranya sedang berjalan di sepanjang jalan di sebuah pegunungan. Mereka bisa melihat gunung dengan keindahannya yang megah. Tiba-tiba si anak menginjak batu, terpeleset, dan ia jatuh ke bawah.
Anak itu berteriak kesakitan. Yang mengejutkan, ia mendengar teriakan serupa dari gunung yang jauh. Ia berbalik dan bertanya dengan suara keras, “Hei! Siapa kau?” Suara itu menjawab pertanyaan yang sama, “Hei! Siapa kau?” Anak itu kehilangan kesabaran. Ia berteriak, “Ayo keluar, kau pengecut, tunjukkan wajahmu!” Yang mengejutkan, suara aneh itu mengulangi juga kata-kata mengancamnya.
Anak itu seketika marah dan kembali melontarkan kata-kata tidak pantas, tetapi sekali lagi suara aneh itu selalu mengulangi kata-kata yang diucapkannya. Anak itu kemudian mengeluh pada ayahnya dan meminta bantuan untuk menghukum musuh misteriusnya. Ayahnya yang bijaksana yang sejak tadi melihat kejadian itu tersenyum. Ia meminta anaknya untuk mengatakan dengan lantang, “Kamu adalah anak baik. Aku menyukaimu.” Anak itu dengan mematuhi ayahnya dan senang mendengar kata-kata manis yang datang dari musuh misteriusnya.
Anak itu merasa bingung. Ia bertanya kepada ayahnya tentang misteri ini. Ayahnya pun menjelaskan tentang refleksi suaranya dari pegunungan yang jauh. Ayahnya menambahkan, “Jika kau meneriakkan kata-kata buruk, maka kau akan menerima kata-kata serupa dari gema. Jika kau mengirimkan berkat, maka kau akan diberkati kembali. Hal ini berlaku juga dalam kehidupan. Ketika kita melakukan perbuatan baik bagi orang lain, kita akan menerima hadiah yang sama dari orang lain juga.” Anak itu pun tercerahkan. Ia menyanyikan lagu yang gembira dan sangat gembira ketika mendengar gema yang mempesona.
Hidup kita adalah refleksi dari tindakan kita. Kita menerima kembali apa pun yang kita katakan atau lakukan. Untuk menerima cinta, maka kita harus menghujani cinta pada orang lain. Bahkan di tengah-tengah kemalangan, kesulitan dan cobaan, mari kita mengucapkan kata-kata positif demi kenyamanan yang lain.
Seseorang akan menuai apa yang ditabur. Mari kita bersikap baik dan lembut hati satu sama lain, dan saling memaafkan.