Intisari-Online.com - Terjawab sudah teka-teki siapa pemenang Nobel Sastra 2016. Komite Nobel di Swedia secara resmi mengumumkan pada Kamis (13/10), Nobel Sastra 2016 dimenangkan oleh Bob Dylan. Lirik-lirik Dylan memang terkenal brilian dan mempesona.
Nama Dylan kini sejajar dengan pemenang-pemang Nobel Sastra sebelumnya seperti T.S Eliot, Gabriel Garcia Marquez, Toni Morrison, dan Samuel Beckett. Dan ia adalah musisi pertama yang menerima penghargaan ini.
Penobatan Dylan, kini 75 tahun, disebut sebagai salah satu yang paling radikal dalam sejarah ajang yang telah dilangsungkan sejak 1901 ini. Dalam pemberian penghargaan ini, para anggota Akademi Swedia, secara dramatis meredefinisi ulang apa makna sastra; ini berangkat dari perdebatan apakah lirik lagu memiliki nilai artistik yang sama dengan puisi atau novel.
Baca juga: Ini Dia Alasan Donald Trump Masuk Nominasi Peraih Nobel Perdamaian 2016
Terlepas dari itu, beberapa penulis terkemuka memberi selamat atas penghargaan yang diberikan kepada Dylan ini, termasuk Stephen King, Joyce Carol Oates, dan Salman Rushdie, yang menyebut Dylan sebagai “pewaris brilian tradisi penyair. “Ini adalah pilihan terbaik,” ujar Rushdie.
Yang tidak sepakat dengan penobatan ini juga tak sedikit. Mereka rata-rata menyebut keputusan ini sesat dan. Mereka juga mempertanyakan apakah lagu—terlepas dari brilian atau tidak—layak disandingkan dengan sastra.
“Bob Dylan memenangkan Nobel Sastra seperti Mrs Fields (yang bergerak di bidang industri makanan ringan) memenangkan bintang tiga Michelin (penghargaan untuk restoran elite),” tulis novelis Rabih Alameddine di Twitter. “Ini sama konyolnya dengan Winston Churchill.”
Kekecewaan juga keluar dari novelis laris, Jodi Picoult. Ia mengaku menyukai Bob Dylan, tapi ia tidak sepakat dengan hadiah Nobel Sastra yang dihadiahkan kepadanya.
Sambutan hangat juga keluar dari para musisi. Di Twitter, Rosanne Cash, seorang penulis lagu yang juga putri Johnny Cash, menulis, “Puji Tuhan. Bob Dylan memenangkan Hadiah Nobel.” Terlepas dari pro dan kontra itu, pada kenyataannya lirik-lirik Dylan kerap kerap merujuk pada Arthur Rimbaud, Paul Verlaine, dan Ezra Pound. Dylan juga pernah menerbitkan puisi dan prosa.
Billy Collins, mantan penulis Amerika Serikat, berpendapat bahwa Dylan memang layak diakui, tidak hanya sebagai penulis lagu, tapi juga sebagai seorang penyair. “Saya pikir ia memiliki kriteria sebagai seorang penyair,” tegas Collins.
Beberapa tahun sebelumnya, beberapa penulis dan penerbit kerap menggerutu karena Hadiah Nobel Sastra kerap berpaling dari seorang sastrawan. Dan ini bukanlah kali pertama Nobel Sastra dihadiahkan kepada non-sastrawan. Winston Churchill pernah mendapatkan hadiah ini sebagian pengakuan atas pidato politiknya yang dianggap mengampanyekan nilai-nilai kemanusiaan.
Baca juga: Meski Perdamaian Urung Terjadi, Presiden Kolombia Juan Manuel Santos Diganjar Nobel Perdamaian 2016
Tahun lalu, Nobel Sastra juga tidak dihadiahkan kepada seorang sastrawan. Melainkan kepada seorang jurnalis Belarusia bernama Svetlana Alexievich, yang terkenal dengan laporan-laporan panjangnya menggunakan metoe sejarah lisan.
Dylan, bernama asli Robert Allen Zimmerman, lahir pada 24 Mei 1941 di Duluth, Minnesota. Ia muncul pertama kali di skena musik New York pada 1961 dengan menjadi artis di tradisi Woody Guthrie, menyanyikan lagu-lagu protes sembari memetik gitar akustik di klub dan kafe-kafe di Greenwich Village. Sejak awal ia memang dikenal dengan lirik-liriknya yang memikat dan mempesona. Dan paling penting, dianggap mewakili suara kelompok-kelompok tertindas.