Intisari-Online.com – Jangan heran apabila kita tidak bisa mengakses surel melalui Gmail, perbarui status di Facebook, atau sekadar melihat video di Youtube saat berada di Tiongkok. Beberapa situs itu telah diblokir oleh negara tirai bambu untuk mengatur informasi, privasi, dan melindungi kepentingannya.
Regulasi khusus dibuat sehingga beberapa situs internasional termasuk para raksasa internet telah diblokir. Chinese Academy od Social Sciences (CASS) mengatakan bahwa 1,3 juta situs telah diblokir di tahun 2010 oleh pemerintahan. Berikut adalah 6 situs populer yang hingga kini masih tidak bisa diakses di Tiongkok.
1. Google
Diblokir dan sempat bekerjasama di tahun 2006, kini Google kembali diblokir dan hanya bisa diakses di Hong Kong. Jadi apabila kita suka menggunakan Google Maps untuk mengetahui arah dan jalan, biasakan diri untuk tidak menggunakan layanan ini. Ya, layanan Google lainnya seperti itu dan Gmail juga tidak bisa kita buka.
2. Youtube
Ingin melihat video perdebatan presiden, musisi favorit, atau kejadian Tiananmen melalui Youtube? Sayang sekali hal ini tidak akan bisa kita lakukan di Tiongkok. Situs video terbesar ini diblokir pada tahun 2008 yang bertepatan dengan huru-hara di Tibet.
3. Facebook
Bagikan, perbarui status, suka pos orang, dan unggah foto di Facebook. Semua tidak bisa kita lakukan di negara dengan Ibu kota Beijing ini. Tahun 2009 sosial media ini ditutup bersamaan dengan kerusuhan yang terjadi di Xinjiang, melibatkan konflik dengan kaum Uighur.
Akan tetapi kini upaya untuk mengedarkan Facebook kerap dilakukan, sebut saja pidato yang ia lakukan kepada pelajar di Tiongkok pada tahun 2014 dan membuat video tahun baru Tiongkok di tahun 2015.
4. Twitter
Februari 2011 adalah tanggal awal dimana kita tidak bisa “berkicau” lagi di Twitter. Tentunya Tiongkok memberikan opsi sosial media lainnya, dengan nama Weibo. Hal ini juga diaplikasikan ke beberapa situs sebagai pengganti raksasa internet yang telah diblokir.
5. PornHub
Source | : | businessinsider.com,ibtimes.com,techinasia.com |
Penulis | : | Bramantyo Indirawan |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR