Intisari-Online.com – Polusi udara kini bukan lagi menjadi momok yang menakutkan bagi kesehatan saja. Pencemaran udara yang telah terjadi bertahun-tahun juga memberikan dampak negatif yang besar bagi ekonomi dunia.
Menurut World Bank, setidaknya sekitar US$5 triliun (Rp 65 ribu triliun) uang yang perlu dikeluarkan akibat dampak buruk dari polusi udara bagi kesejahteraan penduduk dunia. Boleh dibilang, uang itu bisa membiayai belanja negara Indonesia selama 31 tahun! Nah, dari banyaknya jumlah uang yang di ‘hamburkan’, negara-negara berkembanglah yang paling banyak menggelontorkan uang tersebut.
Polusi udara di sini tak hanya berlaku untuk polusi udara di lingkungan (outdoor) saja. Namun, juga polusi udara di dalam ruangan (indoor). Seperti buruknya kualitas udara di dalam rumah, karena kompor gas dan pemanas ruangan. Nah, selidik punya selidik tingkat populasi outdoor meningkat dengan tajam seiring meningkatnya pertumbuhan industri dan trasportasi.
Direktur Institute for Health Metrics and Evaluation, Chris Murray mengatakan, sekitar 9 dari 10 orang yang hidup di negara berkembang, hidup di tengan-tengah pencemaran udarayang levelnya cukup berbahaya.
Parahnya lagi, ancaman polusi udara tak hanya ‘eksklusif’ menyerang negara berkembang saja. Setidaknya, ribuan orang di Amerika Serikat meninggal lebih cepat akibat dampak buruk polusi udara pada kesehatan. Sedangkan negara-negara Eropa mengalami masalah yang berbeda.
Di sana, penduduknya terancam dengan polusi udara yang kian meningkat. Sebab, jumlah kendaraan diesel di negara-negara Eropa terus meningkat. Setidaknya terdapat sepuluh ribu kendaraan diesel yang beroperasi. Padahal, kendaraan jenis inilah yang justru meningkatkan pencemaran udara.
Lalu, hal buruk apa lagi yang terjadi akibat polusi udara? Ternyata, dewasa ini membunuh setidaknya tiga hingga lima juta orang pertahunnya. Hal ini disebakan karena berbagai penyakit yang terkait dengan polusi udara.