Intisari-Online.com - Komuter di perkotaan seperti Jakarta tak hanya butuh nyali, namun juga sepeda yang mumpuni. Menggunakan sepeda gunung memang solusi jitu, namun profil ban lebar bagi sebagian orang dirasa kurang oke melaju di jalan aspal. Belum tak semua sepeda gunung menyediakan lubang baut untuk dipasang rak belakang. Sementara mau beli sepeda khusus komuter terkendala dana atau ruang penyimpanan di rumah.
Maka, produsen sepeda pun mengeluarkan sepeda hybrid. Untuk main tanah ringan masih bisa, jalan aspal pun tidak keteteran akibat penggunaan ban profil sempit namun memiliki kembangan yang cukup menggigit.
Jika Anda sedang mencari sepeda hybrid, PT Indonesia Bike Works – produsen sepeda merek Thrill – menyodorkan Thrill Volare. Ada tiga varian, Volare 1.0, Volare 2.0 dan Volare 3.0. Intisari berkesempatan menjajal Volare 2.0.
Sepintas penampakan Volare garang, dengan warna abu-abu doff. Mata langsung tertumbuk pada fork depan. Berbeda dengan “pesaingnya” yang menggunakan fork bersuspensi, Volare ini menggunakan rigid namun plus suspensi juga. Letaknya di sumbu fork, di bawah head tube. Mengingatkan saya akan sepeda Canondale milik teman waktu ikut Jelajah Sepeda Manado – Makassar.
Fork “rigid setengah bersuspensi” itu yang menggoda saya untuk menguji setangguh apa ketika menghadapi medan bergelombang. Awalnya ingin menjajal di Trek Jalur Parigi Baru di kawasan Serpong, Tangerang Selatan. Namun batal, akhirnya hanya mencoba di jalur bike to work saya saja. Dari kawasan Condet, Jakarta Timur ke Kebonjeruk, Jakarta Barat. Sepanjang rute terkadang menemui taman atau tanah lapang yang bisa digunakan sebagai medan offroad. Juga trotoar tentunya.
Kesan garang tadi berubah menjadi agresif begitu ban ukuran 700C x 38C menapak jalanan aspal. Geometri frame yang pas membuat keramaian lalu lintas Jakarta di pagi hari dengan mudah ditaklukan. Menyelap-nyelip dan bermanuver di antara antrian mobil dan kerumunan motor terasa enteng. Fork rigid menurut saya berperan besar dalam agresivitas ini. Berbeda jika menggunakan fork suspensi yang akan mengayun saat melakukan manuver berbelok tajam.
Ketika jalanan macet dan tak ada celah, saatnya menjajal fork Zoom Aria 106. Ternyata masih tetap nyaman ketika dipaksa melompat naik ke trotoar setinggi sekitar 20 cm. Begitu juga saat harus melompati saluran pembuangan air yang tidak ditutup yang membelah trotoar. Pada saluran yang lebarnya sempit libas saja. Namun pada saluran yang lebarnya sekitar 30 cm terpaksa di angkat dan … baru ingat ini memakai ban sempit.
Saya sempat waswas ban belakang kempes akibat menghajar sisi siku dinding saluran pembuangan air. Juga dengan pelek takut peyang. Beruntung tekanan angin ban Kenda Kwick Bitumen cukup meredam snack bites. Juga ternyata Volare 2.0 menggunakan pelek double wall Thrill.
Untungnya, agresivitas tadi didukung oleh sistem pengereman yang merupakan kolaborasi antara tuas rem Tektro dan disc brake mekanik Shimano TourneyTX. Group set Shimano Altus 27 Speed masih bisa mengimbangi agresivitas tadi.
Nilai lebih lain dari Volare adalah kerapian kabel yang lebih bagus dibanding merek lain. Kabel dimasukkan ke dalam top tube sehingga mempermanis penampilan yang garang tadi.
Dengan harga Rp4 jutaan, Volare layak dipinang untuk menemani komuter Anda maupun akhir pekan Anda dengan gowes lintas alam ringan.