Ini Dia, Empat Salah Kaprah Saat Berkendara Mobil (1)

Ilham Pradipta M.

Penulis

Ini Dia, Empat Salah Kaprah Saat Berkendara Mobil (1)
Ini Dia, Empat Salah Kaprah Saat Berkendara Mobil (1)

Intisari-Online.com - Lantaran sudah dianggap lumrah, banyak orang sering mempraktikkan beberapa kebiasaan yang salah terhadap kendaraannya. Mungkin awalnya hanya ikut-ikutan orang lain, tapi lama-lama jadi kebiasaan. Padahal, kebiasaan ini bisa saja berdampak bagi keselamatan. Nah, berikut ini adalah hal-hal kebiasaan keliru yang sering dilakukan orang saat berkendara

1. Menyalakan hazardKebiasaan lain yang juga sering dipraktikkan sebagian orang di jalan adalah menyalakan lampu hazard tidak pada tempatnya. Biasanya pemandangan ini terlihat saat di jalan tol atau pada saat hujan. Kalau ditanya, para pengendara ini mengatakan, tujannya agar mobilnya lebih terlihat oleh pengemudi lainnya.

Jika mau dikaji lebih dalam, kebiasaan ini justru dapat membahayakan pengumudi lainnya. Sebab, lampu hazard ini akan menyilaukan pandangan mereka.Terlebih lagi, kebiasaan ini hanya akan membingungkan pengemudi di belakang kita. Sebab, lampu sein tak lagi berfungsi untuk memberi tanda saat akan pindah jalur.

Sebenarnya, penggunaan lampu hazard juga telah diatur dalam Undang-undang Lalu Lintas, di pasal 121 ayat 1. Pasal itu mengatur setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib memasang segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan bahaya, atau isyarat lain pada saat berhenti, atau parkir dalam keadaan darurat di jalan.

Artinya lampu hazard atau lampu peringatan bahaya, sebaiknya digunakan saat keadaan darurat. Mogok, kecelakaan lalu lintas, atau pengereman mendadak, misalnya. Kalau hujan deras, kita cukup berhati-hati saja. Boleh juga sambil menghidupkan lampu utama dan lampu kabut.

2. Sembarang menggunakan alas kakiAlas kaki termasuk salah satu faktor yang bisa mempengaruhi keamanan saat berkendara. Tapi, kini masih banyak pengendara yang kurang memperhatikannya. Ada yang mengenakan sepatu bertumit tinggi, alas sepatunya yang terlalu tebal, sandal jepit, bahkan telanjang kaki. Padahal, tak semua alas kaki bisa digunakan untuk mengemudi.

Ardiansyah Fahmi, karyawan swasta di Jakarta, mengaku lebih senang menyetir sambil bertelanjang kaki. Alasannya, kulit kaki bisa bersentuhan langsung dengan pedal. “Jadi lebih ‘terasa’, “ tutur pemilik Honda Jazz RS

Pengendara seperti Fahmi mungkin tidak menyadari, mengemudi sambil bertelanjang kaki sebenarnya bisa membahayakan. Kaki yang berkeringat bisa saja terpeleset saat menginjak pedal. Laju mobil juga bisa tidak terkendali.

Bukan hanya bertelanjang kaki, bahkan memakai alas kaki seperti sandal jepit, juga bisa berbahaya. Sebuah penelitian yang dilansir dialymail mengungkapkan, sandal jepit menjadi penyebab 1,4 juta kecelakaan tiap tahunnya di dunia. Kebanyakan gara-gara sandal jepit tersangkut pedal.

Idealnya, kita mengenakan sepatu yang cocok untuk mengemudi. Umumya, sepatu untuk mengemudi bersifat lentur dan ergonomis mengikuti kaki. Alas kaki berbahan kulit paling memenuhi syarat, karena memiliki kelenturan dan daya tahan tinggi.

Bagian sol sepatu juga harus berukuran telapak yang lebar, namun tipis. Tujuannya agar pergerakan pedal bisa dirasakan sehingga kita bisa menentukan keras-lembutnya tekanan yang harus diberikan. Sol sepatu bagian belakang juga harus dibuat menutupi tumit, agar pijakan kaki pada pedal tetap stabil dan tidak licin. Sebab karet di bagian tumit berfungsi untuk mencengkram karpet mobil.