Intisari-Online.com – Alkisah, di sebuah hutan ada seekor kuda bertemu seekor gajah. Kuda langsung menyapa, “Halo badak, selamat pagi.”
“Saya bukan badak, saya gajah!” jawab gajah.
“Tapi banyak binatang di hutan ini yang menganggapmu badak,” kata kuda.
“Saya gajah, bukan badak. Dari dulu gajah sampai sekarang.”
Kemudian seekor kelinci lewat. Ia juga menyapa gajah, “Halo badak, sedang apa kamu?”
“Hei… saya bukan badak, saya gajah!” kata gajah.
“Sudahlah tidak usah membela diri, banyak binatang menyebutmu badak,” kata kuda.
“Bukan membela diri, karena saya memang gajah,” kata gajah.
“Ah, akui saja kalau kamu b adak, tidak usah membabi buta membela diri,” kata kuda lagi.
“Terserah semua binatang mengganggap saya badak, tapi sebenarnya saya adalah gajah dan tetap seekor gajah sampai kapanpun. Bagaimana saya mengakui saya seekor badak, padahal bukan. Kadang aneh tuntutan para binatang itu,” kata gajah kemudian.
Kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita menemui ada kata-kata yang melemahkan kita. Kita dianggap tidak mampu. Namun yakinlah bahwa itu bukan sejatinya. Itu baru anggapan orang. Sejatinya kita adalah makhluk mulia yang dianugerahi potensi yang luar biasa. Jangan pedulikan apa kata orang yang menganggap kita tidak mampu.
Hanya dua kata, “Lawan dan buktikan!”
Lawanlah saat seseorang mengatakan kita tidak bisa berubah. Selama kita masih hidup, kita maish mempunya kesempatan untuk menjadi lebih baik. Semua orang bisa berubah, jika ada kemauan. Bila memang tidak bisa berubah, paling tidak ada kemauan untuk belajar berubah.
Buktikan kalau kita bisa berubah. Jadikan sebagai cambuk positif untuk berubah ke arah yang lebih baik. Tidak ada kata terlambat, selama hayat di kandung badan. Mulailah berubah saat ini juga. (KBS)