Kurus Pun Bisa Kena Kolesterol

K. Tatik Wardayati

Editor

Kurus Pun Bisa Kena Kolesterol
Kurus Pun Bisa Kena Kolesterol

Ibu Meli, dengan bobot tubuh 73 kg dan tinggi badan yang hanya 158 cm, setengah tidak percaya ketika membaca hasil tes laboratorium di tangannya. Ternyata kadar kolesterol darahnya masih dalam batas normal. Sementara, sahabat karibnya, Ibu Lala yang berpostur tinggi langsing juga terperangah. Hasil tes justru menunjukkan hiperkolesterolemia, di atas 300 mg/dl. "Wah, apa enggak ketukar, nih?" protes Ibu Lala pada petugas laboratorium klinik tempat ia memeriksakan darah.

Banyak orang beranggapan, tubuh gemuk identik dengan kadar kolesterol tinggi. Sebaliknya, orang bertubuh kurus akan aman dari keadaan tersebut. Anggapan itu tidak sepenuhnya benar.

Memang, kadar kolesterol total ataupun jenisnya (seperti LDL dan trigliserida) yang terlalu tinggi akan berbahaya bagi kesehatan, khususnya jantung. Karena itu, kita selalu waswas dengan hasil laboratorium yang demikian. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat fenomena yang menunjukkan seringnya angka kejadian kasus obesitas atau kegemukan dibarengi dengan peningkatan kolesterol. Walaupun mekanisme hubungan ini belum terpapar jelas, upaya menurunkan bobot badan bagaimanapun berpengaruh nyata untuk menurunkan kadar kolesterol.

Makanan yang mengandung kadar kolesterol tinggi maupun lemak jenuh juga berpengaruh secara signifikan pada kolesterol dalam tubuh.

Apakah seseorang itu bertubuh gemuk atau tidak, pengaturan diet rendah kolesterol dan lemak jenuh merupakan salah satu cara efektif untuk mengendalikan kadar kolesterol darah. Hanya saja pada keadaan tertentu, pengaturan diet saja tidak cukup. Penanganan medis lebih lanjut bisa saja diperlukan.

Sebenarnya, faktor yang dapat memicu meningkatnya kadar kolesterol dalam darah tidak hanya bobot atau konsumsi lemak jenuh, sebagaimana pemahaman yang beredar di masyarakat. Masih ada faktor lain yang tidak kalah populer dibandingkan dengan bobot tubuh dan lemak jenuh, yaitu umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, juga keturunan atau bawaan.

Dengan bertambahnya usia (gemuk atau kurus), pria maupun wanita mempunyai kecenderungan kolesterol yang meningkat. Wanita yang menginjak usia menopause (kadar LDL lebih tinggi) tentu perlu perhatian khusus. Untuk mencegahnya, sebaiknya lakukan aktivitas fisik secara teratur dibarengi kebiasaan hidup sehat seperti tidak merokok, tidak minum alkohol, dan mengonsumsi menu makanan yang seimbang.

Yang sulit dikendalikan justru faktor keturunan. Walaupun angka kemungkinan kolesterol tinggi karena faktor keturunan tidak sebesar faktor lain, manifestasinya akan lebih buruk bila disertai hadirnya faktor risiko lain seperti kegemukan dan penyakit diabetes.

Belakangan ini kecenderungan peningkatan kadar kolesterol tinggi juga menimpa anak-anak dan remaja. Kecenderungan ini dikhawatirkan akan merupakan cikal bakal gangguan kesehatan khususnya jantung. Meski faktor keturunan bukan satu-satunya penyebab, pola makan maupun gaya hidup mereka tidak terlepas dari pola yang berlaku dalam keluarga.

Sebab itu, melakukan pemeriksaan kadar kolesterol secara dini pada anak-anak maupun remaja menjadi penting agar segera dapat dicegah. Apalagi, kalau orang tuanya penderita kolesterol tinggi atau punya riwayat penyakit jantung.

Bahwa si gemuk memiliki kadar kolesterol normal sebenarnya belum berarti ia sepenuhnya bebas masalah. Pasalnya, penelitian menyatakan, angka kejadian beberapa penyakit lain seperti penyakiti jantung, stroke, diabetes, kanker, radang sendi, peningkatan kadar asam urat dan batu empedu lebih sering didapati pada orang gemuk, walaupun tidak mutlak disertai kadar kolesterol tinggi.

Jadi, yang penting, hindari gangguan kesehatan akibat kadar kolesterol tinggi. Langkah awal yang mudah dan praktis yaitu menjaga bobot badan dalam batas normal dengan kombinasi menu sehat dan seimbang, disertai aktivitas fisik cukup dan teratur.

(Sumber: Intisari)