Kekebalan Cegah Demam Berdarah

K. Tatik Wardayati

Editor

Kekebalan Cegah Demam Berdarah
Kekebalan Cegah Demam Berdarah

Pertanyaan seputar peran kekebalan dan daya tahan tubuh seseorang, dalam mencegah dan mempercepat proses penyembuhan demam berdarah, selalu mencuat saban penyakit ini mewabah.

“Dokter yang saya datangi selalu bilang, tak ada obat yang dapat memberantas demam berdarah. Jadi, kuncinya ada pada kekebalan dan daya tahan tubuh. Tapi kekebalan yang bagaimana?” tanya seorang Bapak, kebingungan.

Apalagi ia pernah mendengar, penduduk asli Haiti punya kekebalan khusus terhadap penyakit demam berdarah. Jangan-jangan memang ada komunitas yang dapat terbebas dari demam berdarah?

Laporan seorang peneliti, Halstead (2001) memang menyatakan, orang asli Haiti ternyata kebal terhadap serangan demam berdarah. Padahal, penyebaran virus dengue di sana hampir sama dengan penyebaran virus dengue-2 di Asia Tenggara. Halstead menduga itu karena adanya tingkat kekebalan yang tinggi terhadap virus dengue pada penduduk asli Haiti, bukan lantaran perbedaan etnis bangsa.

Sebenarnya, bukan cuma orang Haiti, setiap orang pun punya kekebalan untuk melawan serangan demam berdarah. Masalahnya, selain tak setiap orang punya kekebalan yang baik, faktor virus juga ikut memegang peranan.

Sejatinya, virus dengue mempunyai empat tipe berbeda. Masing-masing tipe mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya ratusan, sesuai daerah atau tempat asal virus itu. Virus dengue-2 dan dengue-3 adalah penyebab wabah demam berdarah di Asia Tenggara, yang dianggap sebagai virus berpotensi terbesar sebagai penyebab demam berdarah.

Karakter virus-virus itu bisa berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Meskipun virus dengue-2 yang menyerang penduduk Benua Amerika berasal dari Asia Tenggara, penelitian terakhir menunjukkan, terdapat perbedaan genetika antara dua virus berbeda benua itu. Yaitu adanya perubahan nukleotida pada strain Amerika. Menurut penelitian M.J. Pryor, dkk (2001), virus dengue Amerika tidak memperbanyak diri secepat rekannya di Asia Tenggara.

Pembentukan antibodi pada infeksi pertama oleh salah satu dari keempat jenis virus dengue di atas akan menghasilkan kekebalan humoral silang (cross protection) yang berlaku untuk keempat jenis virus dengue, sehingga infeksi kedua oleh jenis virus dengue lainnya akan lebih ringan. Infeksi kedua oleh virus dengue dengan tipe yang sama bahkan dapat menimbulkan kekebalan seluler (sel mediated immunity) yang dapat bertahan seumur hidup.

Namun, dari hasil penelitian S.B. Halstead tahun 1969 disimpulkan, demam berdarah, terutama pada anak-anak, justru datang karena serangan kedua, namun dari tipe virus dengue yang berbeda. Serangan ini terutama menyerang anak berumur di bawah 12 tahun. Pasalnya, kekebalan humoral dengan jenis antibodi yang fungsinya lebih lemah daripada antibodi kekebalan seluler masih dominan pada anak-anak di bawah umur 12 tahun.

Sel darah putih menjadi sel pertahanan tubuh pertama untuk menghadang infeksi. Jumlahnya bertambah jika infeksinya cukup berat. Namun, pada demam berdarah, sel darah putih justru berkurang. Apalagi anak-anak cenderung mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak bergizi dan mengandung banyak gula, sehingga mereka kekurangan vitmain A, C, B12, asam folat, kalsium, fosfor, dan zat besi. Padahal, zat-zat gizi itu berperan sangat penting dalam proses pertumbuhan sel darah, terutama sel darah putih dan trombosit, dan pembekuan darah.

Pada anak berumur di bawah 12 tahun yang masih didominasi antibodi humoral, serangan virus dengue merupakan beban berat. Itu sebabnya, pertahanan badan harus prima agar hal-hal yang mengganggu proses pertahanan badan, terutama pola makan dan minum, jangan sampai menghambat pertumbuhan sel-sel darah.

(Sumber: Intisari)