Intisari-Online.com - Kendati Jakarta telah bertransformasi menjadi lahan subur bagi peritel dengan merek mewah internasional, namun koleksi pusat belanja dengan klasifikasi serupa tak kunjung bertambah.
Hingga saat ini, Jakarta masih setia dengan empat pusat belanja mewah yang berada di kawasan pusat bisnis terpadu. Keempat mal tersebut adalah Plaza Indonesia, Plaza Senayan, Grand Indonesia, dan Pacific Place.
Kemewahan pusat belanja tak hanya dapat dilihat dari kualitas bangunan, baik material maupun fasad serta desain interior, melainkan juga penyewa atau peritel yang mengisinya. Peritel pun ada klasifikasinya, yakni kelas mewah, atas, menengah atas, menengah dan menengah bawah.
Harga sewa pusat belanja mewah tersebut rerata di atas Rp1 juta per meter persegi per bulan untuk lantai dasar.
Nah, peritel yang mengisi keempat pusat belanja tersebut bisa dikategorikan kelas butik, sebut saja Louis Vuitton, Cartier, Prada, Hermes, Gucci, TOD'S, Bally, Aigner, Chanel, Ermenegildo Zegna dan lain sebagainya. Desain interior gerai merek-merek ini dirancang dengan konsep khusus seeksklusif dan semewah mungkin, sehingga menonjolkan karakter merek itu sendiri.
Kehadiran merek-merek mewah dan juga kelas menengah internasional lainnya seperti Massimo Dutti, Stradivarius, Mango, sekaligus menguatkan posisi Jakarta sebagai salah satu destinasi wisata belanja di Asia.
Berdasarkan riset Jones Lang LaSalle, posisi Indonesia sangat penting bagi peritel asing. Indonesia saat ini memiliki 45 juta orang yang termasuk kategori mampu membelanjakan uangnya di luar kebutuhan pokok. Pendapatan per kapita juga meningkat menjadi 3.500 dolar AS.
Selain itu, orang Indonesia juga sangat royal dalam berbelanja terutama untuk makanan dan minuman serta pakaian. Mereka menghabiskan 75 miliar dollar untuk kuliner. Sementara konsumsi untuk pakaian dan apparel lainnya sebesar 22 miliar dollar AS.
"Indikator tersebut merupakan pendorong utama mengapa sektor ritel mengalami pertumbuhan positif dalam tiga tahun terakhir," papar Head of Research Jones Lang LaSalle Anton Sitorus kepada Kompas.com, Rabu (17/4/2013).
Selain itu, tingkat kunjungan yang relatif tinggi juga menjadi daya tarik peritel asing untuk membuka gerai-gerai perdananya di mal-mal Jakarta, sebagaimana dipaparkan Senior Associate Director and Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield Indonesia, Arief N Rahardjo, Kamis (17/10/2013).
Berikut profil keempat pusat belanja tersebut:
Plaza Indonesia
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR