Intisari-Online.com - Menguap pertanda tubuh lelah atau otak kekurangan oksigen untuk tetap bekerja. Sadarkah Anda bahwa menguap mudah menular? Hanya dengan melihat orang menguap, bahkan membaca kata "menguap" kita pun seperti tertular dan ikut-ikutan menguap.Menurut hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Child Development, kemampuan orang untuk tertular menguap ada kaitannya dengan kemampuan sosialnya. Psikolog dari Universitas Connecticut meneliti 120 anak usia 1 - 6 tahun. Pada saat membacakan sebuah cerita, pembaca akan berhenti dan menguap di depan anak-anak.Hasilnya?Anak usia di bawah 4 tahun yang membalas menguap hanya berjumlah kurang dari 10 persen. Sebaliknya, pada anak yang berusia di atas 4 tahun jumlah yang ikut tertular menguap berkisar antara 35 - 45 persen.Dari penelitian itu diketahui, walaupun anak balita sangat sensitif terhadap ekspresi orang lain, otaknya belum dapat meniru orang lain secara tidak sadar. Pada orang dewasa hal ini lebih sering terjadi. "Kita mengetahui bahwa kehidupan sosial anak berkembang setelah beberapa tahun pertama," kata Molly Helt, ketua penelitian.Pada penelitian kedua, para peneliti menggunakan anak-anak pengidap autisme sebagai partisipan dengan skenario yang sama. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa anak kecil pengidap autisme tidak tertular menguap. Pada usia lebih dewasa, 5 - 12 tahun, hanya 11 persen yang tertular. Pada anak-anak normal dengan usia sama, jumlah yang tertular mencapai 43 persen.Walaupun anak-anak autis tidak bermasalah dalam mengidentifikasikan ekspresi orang lain, otak mereka tidak dapat meresponnya. "Mereka tidak mengembangkan hubungan emosional dengan orang-orang di sekitarnya secara otomatis," kata Helt.Jadi, anak bisa diketahui terkena autisme atau tidak dari reaksinya terhadap orang lain yang menguap. (Gaya Hidup Sehat)