Ingin Tingkatkan Nafsu Makan pada Anak? Lakukan Pendekatan Psikologi

K. Tatik Wardayati

Editor

Ingin Beri Anak Makanan Pedas? Pikirkan Dulu Reaksi Mereka!
Ingin Beri Anak Makanan Pedas? Pikirkan Dulu Reaksi Mereka!

Intisari-Online.com – Banyak orangtua beranggapan untuk meningkatkan nafsu makan anak diperlukan vitamin khusus atau makanan penambah nafsu makan.

Padahal, tak hanya persoalan fisik, namun juga pendekatan psikologis memiliki andil yang besar.

Strategi apa saja yang perlu dilakukan orangtua? Buku Kiat Mengatasi Anak Sulit Makan menyarikan beberapa strategi itu.

(Baca juga:Bagi yang Mencintai Bahasa Indonesia, Yuk Berkenalan dengan Suwandi dan Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia)

Sesuaikan antara harapan dan kapasitas anak

Hal utama yang harus diingat adalah sering kali orangtua memiliki target khusus, seberapa banyak makanan yang perlu dimakan oleh si kecil. Semakin banyak pengetahuan orangtua tentang gizi dan perkembangan anak, biasanya semakin tinggi harapan.

Orangtua khawatir anak kurus, atau sakit, mengganggu harga diri sebagai ibu yang tidak bisa mengurus anak.

Fokuskan pada kebutuhan anak. Untuk menentukan seberapa kapasitas anak perhatikan jumlah makanan yang dapat dihabiskan setiap makan.

Ingat pula anak memiliki perasaan yang berubah-ubah dari hari ke hari. Hari ini menolak makan, beberapa hari kemudian akan memilihnya.

Amati seberapa porsi yang sesuai, makanan apa yang membangkitkan seleranya. Bagaimana suasana makan yang menyenangkan si anak, sehingga anak berselera menyantap hidangannya.

Mulai dengan porsi kecil

Sajikan makanan dengan porsi kecil. Porsi makan anak biasanya ¼ porsi makan orang dewasa. Mulailah dengan porsi yang dapat ia habiskan. Beri kesempatan anak untuk tambah, bila ia membutuhkan.

(Baca juga:Jangan Sembarangan Membuang Mimpi karena Itu Sama Artinya dengan Membuang Harta)

Makanan bervariasi dan seimbang

Makanan yang tersaji selayaknya memenuhi gizi seimbang. Artinya, kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral disesuaikan kebutuhan dan usianya.

Kebanyakan anak cenderung suka makanan yang berlemak, manis, dan asin saja.

Orangtua perlu membatasi asupanan makanan berlemak, terlalu manis, dan tinggi garam supaya pola makan anak yang seimbang dapat dibentuk sejak dini.

Sebaiknya juga tidak membiasakan makanan untuk anak diberi bumbu penyedap, sehingga kalau tanpa itu akan terasa hambar dan kurang enak bagi si anak.

Cukup, tidak berlebih

Pengetahuan tentang jumlah kalori yang dibutuhkan anak dan juga nilai kalori setiap makanan akan memberi informasi bagi orangtua gambaran porsi makanan yang cukup.

(Baca juga:5 Fobia Aneh Ini Mungkin Belum Banyak Diketahui Sebelumnya, Siapa Tahu Anda Mengalaminya)

Makanan kecil sebagai selingan, tapi jangan terlalu banyak

Anak membutuhkan asupan makanan dengan selang waktu lapar 3 atau 4 jam. Untuk itu di antara makanan utama, disiapkan makan selingan.

Pilih makanan segar seperti buah-buahan, atau sayur-sayuran.

Hindari makanan manis yang mengenyangkan tapi rendah nilai gizinya seperti permen dan minuman soda.

Batasi minuman jus 2 gelas per hari dan juga susu 3 gelas per hari. Gula dan kadar lemak pada minuman ini akan membuat anak tetap aktif tanpa merasa lapar. Sehingga ia tidak mau makanan utama.

Makanan utama dengan porsi yang sesuai

Makan utama diberikan 3 kali sehari, pada pagi, siang, dan sore hari. Porsi makanan disesuaikan dengan kapasitas anak. Menu makanan sebaiknya beragam dan kaya akan nutrisi.

(Baca juga:Isu Dukun Santet Kembali Memakan Korban, Kali Ini Menimpa Seorang Nelayan di Madura)

Hindari pemaksaan

Jangan paksa anak untuk makan bila ia tidak lapar. Hindari mendesak anak untuk menghabiskan makanan bila ia sudah kenyang.

Orangtua diharapkan peka dalam mengamati kapasitas makan anak, sehingga dapat memberi masukan pada anak seberapa porsi yang sesuai baginya.

Pemaksaan akan memunculkan rasa kesal dan marah yang akan mengganggu kerja otak dalam merangsang selera makan.

Amati makanan yang membuat anak kurang nyaman

Beberapa makanan memberi efek yang kurang nyaman atau membuat sakit, misalnya buah nangka yang membuat kembung.

Kenali setiap makanan yang menurunkan selera makannya. Hindari untuk menyajikannya dalam daftar menu.

(Baca juga:Uang Bisa Membeli Kebahagiaan, Asalkan...)

Ciptakan suasana makan yang menyenangkan

Hindari gangguan saat makan, seperti TV, suara-suara keras, atau mainan yang mengganggu konsentrasi makan.

Untuk anak usia 1 – 3 tahun makan sudah dapat dilakukan sambil duduk.

Hindari makan sambil berjalan-jalan. Orangtua membantu menyuapi makanan, tapi beri kesempatan anak untuk memasukkan makanan sendiri.

Buatlah jadwal makan bersama keluarga. Suasana makan bersama merupakan pengalaman makan yang menyenangkan bagi anak.

Libatkan anak

Ajaklah anak untuk menentukan menu makan yang ia suka.

Berikan pilihan makanan yang bergizi, beri kesempatan anak untuk menentukan pilihannya. Anak akan lebih berselera menyantap makanan yang memang pilihannya.

Rancang jadwal makan, jangan biarkan anak lapar

Rasa lapar membuat anak menjadi mudah marah. Anak akan kehilangan selera dan sulit makan dalam keadaan kesal atau marah. Untuk itu buatlah jadwal makan yang teratur.

Jadwal makan yang teratur memberi rasa nyaman pada anak. Irama tubuh anak pun menyesuaikan jadwal yang telah dibuat.

Makanlah sesuai jadwal. Seperti ungkapan menyarankan “makanlah sebelum lapar, berhentilah sebelum kenyang”. Perkenalkan sikap ini pada anak.

Belajar makan sendiri

Memasuki usia 16 bulan, anak mulai dapat menggunakan sendok untuk menyuapkan makanannya.

Perkenalkan anak untuk belajar makan sendiri. Kemandirian untuk menyuap makanannya sendiri memberikan rasa nikmat saat makan.

Vitamin dan mineral

Orangtua terkadang memberikan vitamin untuk merangsang nafsu makan dan membantu pertumbuhan.

Pemberian multivitamin B kompleks, vitamin C, vitamin A, serta mineral seng, dapat membantu meningkatkan nafsu makan anak, namun membiasakan makan yang sehat dan seimbang dapat mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral si anak sehingga nafsu makan tetap baik.

Lakukan aktivitas fisik

Beri kesempatan pada anak untuk aktif bergerak. Hindari terlalu lama melakukan kegiatan yang bersifat pasif, seperti menonton TV, bermain sambil duduk.

Beri kesempatan anak untuk melakukan permainan aktif seperti berlari, mendorong, atau bersepeda.